Puncak Lautan Asmara

Diposting oleh Unknown on Jumat, 30 Mei 2008

Cerita ini berawal ketika kantor saya mengadakan workshop (jalan-jalan tahunan) dan saat itu tujuan kami adalah hotel Novus, Puncak. Adalah salah satu teman bernama Tari Rismayati (panggilan Riris) yang masih single juga sama seperti saya. Dia berumur satu tahun dibawah saya dan belum berkeluarga juga. Terus terang saya heran melihat dia. Secara fisik Riris orangnya tergolong cantik, rambut panjang sebahu, wajah oval, kulit kuning langsat cenderung putih mulus, dengan buah dada yang besar menantang. Dan yang paling membuat saya berdehem dalam hati kalau melihat pinggul dan pantatnya yang besar dan membulat mencetak celana dalam ukuran mini yang selalu dia pakai jika di kantor. Itu selalu saya perhatikan setiap hari bahwa ukuran roknya selalu kekecilan dengan pinggul yang indah jika sedang berjalan.

Satu minggu sebelum berangkat Workshop, kami sempat makan siang bersama disebuah restoran dalam gedung kantor kami. Setelah ngobrol kesana kemari akhirnya subject pembicaraan mengarah ke workshop.
Saya bertanya, “‘Ntar workshop gimana kamu?”.
Riris menjawab dengan wajah yang lesu, “Ach, nggak tau juga Di, aku lagi bete nich, kayaknya kesana lumayan buat nyegerin pikiran aku.”
“Lho emangnya ada apa,”tanyaku menyelidik.
“Aku abis putus ama cowok ku soalnya dia selingkuh, maen belakang, trus ketauan ama aku,”celetuknya dengan muka sedikit memerah menahan marah.
“Ya udah,” sambungku “Ntar saya temenin kamu disana biar ngelupain dia.”
Dia tersenyum sambil bilang, “Tapi aku lagi mo sendiri Ardi.”
Aku tak kalah gesit menjawab ucapannya, “Iya Ris, Aku juga lagi mo sendiri aja ‘en rencana ntar aku mo sewa kamar sendiri aja, kalau kamu mau gabung aja kita bisa ngobrol ampe malem keluarin semua unek-unek yang ada dikepala kita masing-masing.”

Aku terus menjelaskan rencanaku minggu depan dihotel tersebut. Dan tak diduga respon dari Riris, “Oleh juga tuh Di, aku emang butuh itu enak kali yah ngobrol ngobrol kita berdua sampe malem”. “Iya, sekalian kalau kamu mau, saya juga nggak keberatan ngelonin kamu tidur,” candaku kepadanya.
“Ha, gila kamu” mata Riris memancarkan arti yang tidak dapat saya cerna.

Satu hari sebelum berangkat kami didata ulang oleh panitia, menyangkut pembagian kamar tidur. Sudah menjadi tradisi kantor kami, bahwa satu kamar berdua, dan diatur oleh nomor nomor kamar yang ada. Saya berdua dengan teman saya Hendra, dan Riris waktu itu terdata satu kamar bersama Wina. Dan tibalah waktunya bahwa kami satu kantor berangkat menuju hotel Novus ada hari Sabtu bersama sama dengan menggunakan satu bis besar. Kantor kami hanya berjumlah total 50 orang bersama orang asing juga. Rupanya dalam batas akhir sebelum naik ke bis, ada dua orang yang batal ikut karena alasan keluarga, mereka adalah Tiara, dan Wina. Wina?, bukannya Wina satu kamar dengan Riris, dan berarti nanti Riris sendirian dong dikamar. Pendulumku langsung bereaksi mendengar kabar tersebut. Sambil mengisi waktu, kami banyak bersenda gurau dalam perjalanan hingga akhirnya tiba tepat makan siang di hotel. Setelah kami makan dengan lahap, kami diberikan kunci kamar oleh panitia dan langsung check-in ke dalam kamar masing masing.

Sore harinya kami memanfaatkan kolam renang yang ada di hotel untuk bermain main. Dapat saya lihat Riris yang sudah memakai pakaian renang yang seksi. Uh, bukan main indahnya, saya betul betul terangsang melihat keadaan Riris seperti itu. Otak kotorku mulai bekerja supaya bagaimana dapat tidur dengannya malam ini. Dalam kumpulan laki laki ada Pak Kardi yang nyeletuk kepada teman laki laki berkata, “Waduh si Riris kalo abis berenang gue mau tuh mandiin dia.” Sambil matanya juga tak lepas dari gerakan pantat Riris yang berlenggang lengok kekiri kekanan mengikuti irama langkahnya.

Ketika Riris sudah selesai bermain dikolam renang dan akan kembali ke kamarnya, akupun mengikutinya seakan akan akupun sudah selesai dan ingin mandi. Sambil berjalan dibelakangnya, saya melihat celana dalam mini berenda yang dipakai Riris tercetak jelas oleh baju renang tipis yang berwarna ungu.
“Waduh, kok cepet selesainya Ris,” celetukku sambil berjalan disampingnya.
Riris menjawab, “Habis aku nggak tahan airnya terlalu dingin.”
Sambil dia menyilangkan tangannya dikedua belah dadanya yang padat montok tersebut.
“Trus kamu ngapain juga selesai,” tanya dia lanjut.
“Akh, aku udah bosen mendingan mandi air hangat terus nunggu makan malam, khan enak tuh”.
Lalu pembicaraan kami terpisah ketika Riris harus mengambil arah kekiri dan saya kekanan sambil berucap, “Sampai nanti ,. dagg”.

Waktu menunjukan pukul delapan, setelah perut saya isi dan kenyang sekali rasanya. Makan malam dihotel ini terasa nikmat sekali. Saya melihat sudah beberapa kali Riris menguap dan kemudian pamit dari kerumunan anak anak untuk pamit ke kamar. Dalam perjalanan ke kamarnya, dia ada melihat saya dan kemudian mengerdipkan mata seperti memberi tanda ke saya. Dengan sedikit tegang saya berpura pura seolah saya pun capek setelah bermain seharian dengan teman kantor dan ingin tidur.

Pada sore hari saya sudah memberitahu ke Hendra (teman sekamar saya) bahwa mungkin saya akan begadang keluar hotel, jadi nanti dia tidak kawatir atau curiga kepada saya. Dalam perjalanan dari restoran ke cottage agak jauh.
Riris berjalan kecil sendiri dan saya dengan cepat mengejarnya, dan menyapanya,
“Ris, udah ngantuk ya sayang, mau tidur..”
Riris menyahut, “Iya nih, nggak tahu kenapa nich badan semua jadi pegel semua, mungkin tadi renangnya kebanyakan kali.” Sambil berkata begitu, dia mengusap usap belakang lehernya sambil kepala digelengkan kekiri lalu kekanan.
“Makanya kamu juga sih terlalu over berenangnya, kamu kebanyakan diliat ama temen temen cowok lagi pas kamu berenang,” sahutku.
“Hm, aku tahu, justru karena mereka aku jadi lebih semangat,” kata Riris sambil masih tetap mengusap leher belakangnya.
“Kamu mau saya pijit pijit kecil Ris,” kataku sedikit berani.
“Hhh, boleh juga, tapi cuman di leher sama sekitar pundak yah,” sahutnya sedikit lemah.
Tak lama kami sudah tiba didepan pintu kamar Riris. Setelah dia membuka pintu kami berdua langsung masuk, saya sempat melihat pada sudut mata Riris ketika dia tutup pintu, matanya seperti melihat kiri kanan takut takut kalau ada orang disekitar yang melihat kami.

Dalam kamar Riris mempersilahkan saya duduk sambil dia permisi sebentar ke toilet. Sambil menunggu Riris saya menonton TV yang ada dikamar. Tidak begitu lama, Riris sudah keluar dan telah berganti baju tidur daster. Daster yang dipakai berwarna kuning dengan ukuran yang dapat saya katakan mini. Kenapa demikian? Daster tersebut hanya sebatas setengah pahanya saja dan berenda kuning juga, kemudian di pundaknya hanya mengenakan satu tali saja. Buah dada yang ranum menantang sekali dengan dua puting yang mencuat. Gila bukan main, dia sudah tidak memakai BH, tapi masih memakai celana dalam.

Celana dalam itu jelas tercetak menerawang tembus pandang dari daster kuning tersebut. Celana dalam Riris juga dalam ukuran yang sexy, mini CD warna putih, kontras dengan daster yang dipakai. Sebelum saya memberi komentar, Riris sudah berbicara,
“Ardi, kamu jangan salah sangka dulu, saya pakai ini supaya kamu mudah pijat leher dan pundak saya, lagi pula saya juga tidak bawa baju tidur lain selain yang ini, mudah-mudahan kamu tidak keberatan.”
“Oh, tentu tidak dong Ris, suka suka kamu aja, yang penting bajunya jangan menggangu pijat memijat,” kataku sambil menelan ludah beberapa kali.
Riris tersenyum lagi dan berkata, “Kamu pijet saya pake kaos lengan panjang apa tidak mengganggu, apa lagi nanti kamu naik ke ranjang kalau perlu, keliatannya celana panjang kamu juga ganggu, apa nggak lebih baik ganti yang pendek atau dilepas sekalian?”
Saya bengong atas ucapannya, lalu saya katakan, “Betul juga Ris, saya buka kaos aja deh,” sambil saya mengangkat koas saya sehingga saya sudah bertelanjang dada, dan kemudian Riris melihat ke celana panjang saya sambil mulutnya sedikit dimonyongkan. Saya pun membuka celana panjang saya, dan hanya tertinggal celana boxer saya. Riris tersenyum puas setelah melihat saya akan mudah nanti memijitnya. Dia langsung naik ke ranjang dan berbaring terlungkup, sambil memanggil nama saya, “Di, ayo dong mulai, badan Riris makin pegel nih”. Mendengar rengekan Riris saya langsung naik ke ranjang dan memulai aktivitas dengan memijit Riris.

Sungguh sempurna tubuh Riris dari belakang. Mimpi apa aku semalam sehingga Riris begitu pasrah memberikan sajian gratis seindah ini. Kulit yang mulus dengan pinggang ramping, pinggul yang besar dengan buah pantat yang membulat mumbul tinggi. Dapat kulihat dengan jelas belahan pantat Riris yang dibalut dengan CD mininya. Sebentar saja tangan saya sudah memijat bagian leher yang tegang, dan seeskali kebawah meijat pundaknya. Riris terkadang bersuara mendesah ketika tangan saya sedikit keras memijitnya,
“Uh, oh, hmm,” desahnya putus putus, membuat saya makain panas saja.
Adik kecil dibalik celana boxerku sudah mengacung keras siap tempur, entah apa yang sedang dipikir Riris sekarang.

Kemudian setelah kurang lebih 4 menit, Riris minta dipijit agak kebawah. Dengan yakin tangan saya kedua duanya merayap ke bawah, dari arah ketiak terus turun kebawah. Sambil sekali kali jari jemari saya dengan nakalnya menyentuh dari samping kedua bukit ranum yang mengembung keluar kesamping karena tertindih tubuhnya. Saya terus terang sudah tidak ada pikiran positif, otak ngeres saya terus bermain main fantasi, hingga suatu ketika,
“Di, pijatan kamu enak deh sekarang Riris minta dipijat bagian depan ya sayang,” sahut Riris sambil membalikan tubuhnya kedepan.

Waduh mak bukan main saat itu saya betul betul tidak tahan saya langsung meraba kedua belah susunya yang tegak menjulang, hal yang membuat Riris langsung kaget.
“Mardi,.! saya minta tolong kamu untuk pijat saya kenapa kamu memanfaatkan itu dengan meraba tubuh saya,” hardiknya.
Langsung saya kaget, saya kira dia minta lanjut dalam permainan tersebut ternyata dia memang betul betul minta dipijit. Langsung saya minta maaf kepadanya,
“Waduh maaf deh Ris, aku kelepasan, maklum deh tubuh kamu ranum sekali, sexy apalagi dengan itu (sambil menunjuk kedua buah dada Riris) yang mancung bikin aku jadi geregetan mau iseng.”
“Maaf ya sekali lagi Maaf,” kataku dengan penyesalan.

Riris yang melihat saya begitu agak melunak tapi kemudian dia menangis sambil berkata, “uhh, hh, hg hg hg,. emang setiap laki laki yang mau sama Riris cuman mau tubuh Riris aja, ini juga terjadi dengan cowok Riris yang dulu, maunya making love terus sama Riris, nggak ada perasaan sama sekali.”
Aku terhenyak, ternyata wanita didepan saya ini memang sudah pernah melakukan hubungan suami istri sebelum menikah, dan pendulumku kembali kontak. Dengan gaya yang gentle saya memeluk dia dari belakang dalam posisi duduk, tangan saya berada di perutnya sambil berkata,
“Riris, aku tuh memang udah salah, kamu Maafin ya, aku janji pokoknya malem ini kita cuman sayang sayangan aja deh nggak sampe kelewatan,” kataku menenangkannya.

Dia menengok ke belakang hingga wajahnya dekat sekali denganku dan berucap,
“Bener ya janji, kamu cuman kelonin aku aja nggak sampe kebablasan?”.
Aku mengiyakan dengan anggukan kepala sambil mencium kecil pipi kanannya.
Dia tersenyum, kemudian membalas mencium kecil bibirku. Aku pun serta merta tangan kanan mulai naik dari perut meraba buah dada yang menggantung tersebut. Riris menutup mata merasakan kenikmatan tersebut, kemudian dengan itu juga aku mencium bibirnya yang sensual, sambil sesekali kuhisap bibir bawahnya dan lidahku menjelajah ke rongga giginya dan menghisap lidahnya.

Riris benar benar menikmatinya, maka setelah melihat lampu hijau seperti itu, kedua tanganku sudah berada pada dua buah dada ranumnya. Oh alangkah nikmatnya tanganku bermain disana, meremas remas sambil kupelintir kedua puting susunya dengan ibu jari dan telunjukku. Riris terkadang bergetar tubuhnya ketika kombinasi yang kulakukan yaitu meremas sambil memuntir puting susunya. “Ah, Ardi kamu pinter bikin aku terangsang ya, ingat lho kita nggak boleh lebih jauh dari ini,” kata Riris mengingatkanku.
“Iya dong sayang aku pasti inget, khan ada kamu juga yang ngingetin!”

Sambil berkata begitu aku membaringkan tubuhnya diranjang dan aku dari belakang langsung ke depan menindihnya sambih terus melanjutkan meremas dan mencium bibir sensual nan menggairahkan tersebut. Riris masih terus mengingatkan, namun bahasa tubuhnya lain. Alat kelamin kami sudah bersentuhan, dimana batang kemaluanku yang sudah keras menggesek bibir luar kemaluannya dan gerakan kami seperti orang yang sedang bersenggama. Saya mendorong kebawah, Riris mendorong pula pantatnya yang tembem keatas, saya tarik pinggang saya, dia pun demikian.

Ketika mulut saya sudah mulai menjalar kedadanya dia mulai protes.
“Mardi, kamu nggak boleh kesana sayang, ohh, hh!” desah Riris tapi tangannya sama sekali tidak menutupi dadanya.
Saya menjawab dengan lembut, “Riris sayang, kalau peting cium atau jilatin nenen aja boleh dong, khan nggak kenapa napa?” saya mencoba tawar menawar dengannya.
“Ohh, kamu katanya kelonin aku, kok sekarang kita peting sih? ” rajuknya dengan muka bersemu merah menahan birahi yang terpancar keluar dari tubuhnya. Tanpa menunggu alasan lagi dari si cantik itu langsung mulutku menjilat puting susu yang memerah muda, karena birahi sambil aku menyedot putingnya bagaikan anak kecil yang sedang netek keibunya. Riris menggigit bibir sendiri menahan luapan emosinya yang meletup letup kian besar. Oh nikmatnya tiada tara menjilati dan menyedot susu seorang Riris.

Kaki Riris sudah menyepak kesana kemari membuat daster yang dikenakan tidak bisa menutupi bagian bawahnya. Terus terang sambil menjilat, saya memperhatikan gundukan yang tembem di bawah pusar yang bagai kue apem mumbul dengan sedikit bulu bulu kemaluannya yang menyembul keluar menambah indahnya pemandangan tersebut. Pinggulnya bergerak tak menentu membuat indahnya pemilik gundukan tersebut.
“Hhh, Mardi.. hh enak sayang”, erang Riris.
Mendapat respon seperti tangan saya secara reflek mulai turun menjelajah dari buah dadanya ke bawah perut, mengusap daerah pusar yang rata nan halus, kemudian turun lagi dibawah pusar yang ditumbuhi bulu bulu halus, kemudian meraba daerah selangkangan Riris yang wow bukan main empuknya.

Aku tekan sekali sekali sambil kuremas secara acak. Hal ini menyebabkan gerakan pinggul Riris yang makin panas. Suasana alam puncak pada malam hari yang dingin, tidak dapat membuat tubuh kami berdua kedinginan malah justru sebaliknya. Saya dapat melihat butiran butiran keringat birahi yang menetes dari dahi Riris yang sedang membasahi rambut panjang dan indah itu.
Oh.. aku benar benar makin terbawa emosi birahi yang menggebu. Riris antara sadar dan tidak masih mengingatkan saya,
” Di, kamu nggak boleh buka CD aku yah.. kita khan udah janji cuman peting aja,” katanya sambil menahan sesuatu dalam tubuh yang bergelora.
“Oke Ris, aku buka daster kamu aja yah, liat tuh udah nggak karuan bentuknya sayang,” sahutku mencoba menawar.
Dan berhasil. Riris sendiri yang meloloskan dasternya, dia angkat dari bawah dan dinaikkan lewat lehernya. Berarti keadaan kami sekarang hanya masing masing tinggal celana dalam saja. Kami langsung berpelukan sambil berciuman panjang, oh nikmatnya dapat memeluk Riris dalam keadaan begini. Kulit kami langsung bersinggungan tanpa ada pemisah lagi. Setelah pelukan plus ciuman aku rasa cukup, tanganku mulai bermain ke arah selangkangan Riris dengan mengusap lembut naik turun melewati belahan vaginanya. Dari luar celananya saya bisa merasakan bahwa didalam sudah lembab sekali, tentu banyak cairan yang sudah keluar dari lubang vaginanya. Vagina Riris benar benar tembem aku rasa kalau aku benamkan milikku ke dalamnya pasti nikmat sekali.

Karena Riris menggunakan CD mini yang memang kurang bahan untuk menutupi kemaluannya, jari saya dengan mudahnya dapat melesat masuk melalui samping selangkangan dan bermain di sana, sebentar kemudian keluar lagi tanpa sempat Riris protes pada saya untuk tidak boleh melakukannya. Sesekali jari saya bermain pada bibir vaginanya agak lama setelah dia membuka suara,
“Di, jangan nanti aku keterusan.. ohh,” sambil meliukan pinggangnya bergoyang goyang.

Aku tetap tenang mengelus bahkan saat tangannya ingin mengeluarkan tanganku dari dalam CDnya seluruh jariku masuk dan meremas vagina Riris dengan lembut. Hal ini membuat Riris melenguh keras, dan lupa untuk melarang saya. Sambil tangan-tangan meremas vagina Riris, tangan kiri masih terus aktif memerah susu ranum baik yang kiri maupun yang kanan sambil dibantu oleh mulutku untuk mengisap bibir dan salah satu puting susu yang nganggur.

Jari tengahku mulai memainkan aksinya dengan mengilik klitoris Riris. Benar saja, klitoris itu sudah membesar dan basah. Riris menggeliat tak tentu arah sambil mendesah,
“Oh.. Mardi enak sekali sayang, nghh.. kamu udah nggak boleh lebih dari itu ya..”
Ternyata alam sadar Riris masih ada, dia masih ingat bahwa kita hanya boleh peting. Aku berkata sambil berbisik ditelinganya.
“Riris sayang.. CDnya dibuka ya biar kamu nggak kegencet, liat tuh CD kamu kekecilan nggak bisa nampung pantat kamu yang bulat besar sama vagina kamu yang tembem, lagian kamu juga udah basah, khan sayang ntar CDnya jadi lengket.”
Awalnya dia tidak mau, tapi saya katakan lagi.
“Ris.. nggak kenapa napa deh sayang.. khan aku masih pake boxerku, jadi cuman kamu aja yang telanjang, kalau aku tidak.”

Akhirnya Riris setuju, aku loloskan CD mini putih berenda itu, dan kali ini aku benar benar melihat Riris dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun, dengan keadaan birahi tinggi. Bukan main indahnya bentuk vagina Riris, dia mempunyai bulu vagina yang lebat denga bulu-bulu halus semua warna hitam. Bulu-bulu tersebut nampak rapih, karena dalam keadaan lurus tidak keriting seperti wanita kebanyakan. Mulutku mulai menjalankan aksinya, aku mulai menyusuri ke arah pusarnya terus turun dan berhenti tepat dibawah vaginanya.

Riris sedikit jengah dan berkata, “Oh, kamu jangan liat punya kayak gitu dong.. aku kan malu” sambil tangannya mencoba menutupi.
Tapi dengan cepat tanganku menahannya dan langsung bibirku mencium bibir luar vaginanya sambil kuhisap-hisap kedua belah bibir vagina Riris.
Dia benar benar kelojotan,” Ah Mardi, gila kamu, oh.. enak banget, hmm.. oh iya bener gitu sayang.. ohh..”
Aku makin berani kusapukan lidahku naik turun sambil tak lupa klitoris yang sebesar kacang tanah itu aku emut emut dan didalam bibirku aku kedut kedutkan. Lidahku mulai merangsek masuk ke dalam lubang vagina Riris yang memang benar benar sudah basah. Wangi semerbak yang tercipta karena napsu biharinya membuat aku makin berlipat ganda untuk keinginan menyetubuhinya. Dalam keadaan yang gamang tersebut kepala Riris tersentak kekiri dan kekanan menahan luapan cinta yang tak kunjung reda, aku diam-diam melepas celana boxerku sambil bibir tak lepas dari vaginanya.

Cukup mudah untuk melepas celan boxerku karena memang celana dalam dengan kondisi longgar. Satu kali tarik dengan tangan kiri, lolos sudah dan aku sudah telanjang bulat bersama Riris, tanpa dia sadari. Aku bisa melihat dan merasakan Riris hampir sampai titik orgasme, dan aku mulai dengan menuntun batang kemaluanku yang sudah siap tempur dengan topi baja yang mengkilap. Kedua belah kaki Riris aku lebarkan sambil tangan kiriku mempermainkan klitorisnya dengan ibu jari dan tangan kananku mengarahkan batang kemaluanku ke lubang vagina Riris.

Riris masih antara sadar dan tidak ketika kepala penisku bertemu dengan lubang depan yang merah menganga. Kepala penis langsung seperti kena hisap alat yang kuat oleh lubang vagina Riris. Riris mulai merasa aneh karena dia merasakan lain, bukan jari tanganku dan bukan bibirku yang bermain di kemaluannya. Dengan sedikit membuka mata dia melihatku. Aku tidak mau dia nanti memberontak menolak keadaan ini, langsung aku peluk dia sambil sedikit aku goyangkan tanpa aku mendorong masuk ke dalamnya. Cukup kepala penis saja yang terjepit di dalam vagina Riris.

Riris melotot kearahku dan dia berbicara dengan suara serak,
“Mardi.. kok kamu masukin, khan kita udah janji sayang cuman peting, nggak boleh begini dong.” Namun dalam bahasa tubuhnya pinggul dia tetap mengimbangi gerakanku yang naik turun menggesek vaginanya.
“Riris.. aku cuman masukin kepalanya aja sayang, kamu juga ngerasainkan?”
Tambahku, “Itu juga udah cukup buat kita, lagi nggak usah dimasukin semua.. kamu enak khan digini’in?” sambil aku goyang kekiri dan kekanan. Kepala penisku benar benar dijepit erat oleh vagina Riris.

Riris merem melek keenakan, dan tangan Riris akhirnya memelukku dan mengimbangi gerakanku. Baru aku tahu kalau dalam keadaan begini Riris benar benar dapat berkata vulgar, karena tiba tiba dia berkata,
“Di, penis kamu enak banget sih hangat kena vagina Riris.”
“Oh, Riris ini mah nggak seberapa sayang,” kataku.
Setelah kurang lebih tiga menit kami seperti itu, aku merasakan pantat Riris menaik lebih tinggi, seakan akan ingin merasakan lebih batangku. Maka akupun mulai sedikit demi sedikit mendorong lebih dalam, ternyata makin panas gerakan kami berdua, dan walhasil seluruh batangku terbenam di dalam vagina Riris. Dan aku rasa Riris pun mengetahui hal itu, dan dia mulai meracau lagi,
“Oh Ardi.. enak banget penis kamu masuk semua ke dalem vaginaku sayang.. hh”
“Ohh, Di.. dorong lagi biar makin dalem sayang..”

Bukan main, aku makin nafsu saja mendengar erangan dan kata-kata vulgarnya. Aku pun tidak mau kalah sambil memompa aku bertanya,
” Riris.. penis Mardi lagi ngapain vaginanya Riris sayang?”
“Hhh, skh.. hh penis kamu lagi ngentotin vagina aku sayang,” sambil Riris meremas pantatku gemas.
Aku pura pura tidak mendengar ingin dia mengulang lagi kata katanya,
“Ha.. lagi ngapain sayang?”
“Lagi dientot sayang..ohh nikmatnya..”
Aku bertanya lagi, “Emang Riris mau dientot ama Mardi?”
Riris menyahut,”Iya sayang Riris ketagihan nih mengentot sama kamu, abis penis kamu mantap, nikmat, enak rasanya.”

Sambil begitu saya benar-benar merasakan jepitan-jepitan halus dari dinding vagina Riris. Benar benar wanita yang tercipta sempurna untuk bersenggama. Lubang vaginanya mempunyai jepitan yang kuat dengan variasi batang kemaluanku di dalam seperti dirayapi oleh jutaan semut, jadi seperti terkena setrum kecil, tapi hangat dengan sebentar-bentar vagina tersebut mencucup kembang kempis menyedot seluruh batang kemaluanku.

Setelah lebih 20 menit kami bersenggama dengan ucapan ucapan vulgar, Riris sudah hampir mendekati klimaksnya.
“Ayo Mardi, aku udah mau keluar, entot terus aku iya teken biar kena klitorisku oh.. benar begitu sayang.. aduh, enak bener ngentot ama kamu.”
Gila juga nih perempuan, kalo dalam keadaan birahi begini omongannya jadi vulgar seperi ini. Akupun merasakan intensitas kedutan vagina Riris makin tinggi, dan sepertinya akupun ingin melepaskan kenikmatan bersama Riris sayangku.
“Oh, Ris.. enak banget vagina kamu ada empot ayamnya sayang, rasanya legit, rapet, peret, oh, aku mau klimak sayang, gimana nih didalam atau diluar,” kataku dalam keadaan yang kejang kejang nikmat.
Lalu dijawab oleh Riris, “Didalem aja Mardi biar enak, aku juga mau ngerasain disemprot ama penis kamu, dan mungkin besok lusa ada dapet haid, jadi aman,” desah Riris yang juga menahan amukan dalam gelora birahi yang siap meledak beberapa saat lagi.

Akhirnya aku merasakan batang kemaluanku diremas kuat sekali oleh otot vaginanya, gerakan pinggul Riris terhenti, sambil pantatnya ditinggikan aku mengocok sedikit memberikan nuansa lain dalam vaginanya, lagi Riris menggeram dan..
“Oh sayang aku klimaks, ouh.. ahh. nggh ahh enak.. enak hh..”
Aku pun tak tahan penisku diremas dan disedot oleh vagina Riris, dengan satu dan dua kali sentakan penisku menyemportkan sperma jauh langsung masuk kedalam rahim Riris, dan yang semportan kedua tak kalah nikmatnya. Gerakan kami seperti begitu kompak, ketika aku menyemprotkan sperma, vagina Riris menyedot kencang hingga kami berdua merasakan nikmat senggama yang sangat indah.

Puas aku selesai klimaks dan begitu juga Riris, ketika aku ingin melepas penisku, Riris mencegahnya.
“Biarin didalam dulu sampe ngecil dan keluar sendiri yah.”
Akhirnya kami berbaring menyamping dengan keadaan kemaluan kami masing-masing masih menyatu, masih dapat aku rasakan kedutan dalam vagina Riris namun sudah melemah, dan batangku mulai berangsur-angsur mengecil dan akhirnya lepas dengan sendirinya dari vagina Riris.

Waktu sudah menunjukan pukul 1 pagi, setelah kami selesai mandi berdua di dalam bathup, dan ketika aku mau kembali ke kamarku Riris menahannya, dan dia minta sekali lagi untuk bermain cinta. Akupun melayaninya. Katanya mumpung ada waktu. Ronde kedua kami lakukan lebih hot lagi karena yang kedua dilakukan tanpa takut-takut seperti yang pertama, dan kami akhiri dengan klimaks bareng dengan sempurna.

Sepulangnya dari puncak, hubunganku dengan Riris makin hangat, tapi kami selalu menutupi di kantor dengan berpura pura bahwa antara kami tidak ada hubungan apa-apa hanya sebatas teman kerja. Padahal kalau ada waktu di kantorpun kami peting. Saya berkerja di bagian komputer, Riris bagian Settlement. Kalau salah satu dari kami ingin dipeluk, maka kami memberikan kode untuk menuju ruang komputer yang tidak ada orang, kemudian kami ketempat yang paling pojok supaya aman dan berpelukan. Biasanya kami berpelukan sambil mengusap usap apa yang perlu diusap, biasanya saya meremas gemas pantatnya, dan meremas lembut buah dadanya, sambil dibarengi dengan ciuman bibir dengan sedikit panas. Setelah kami puas, Riris biasanya keluar lebih dulu dari ruang komputer, dan tidak lama kemudian baru saya.

Rasa ingin bersenggama dengan Riris demikian besar, begitu juga Riris yang ingin sekali bercinta dengan saya. Akhirnya saya mencari kost-kost’an yang dekat dengan kantor yang fungsinya kalau istirahat makan siang kami dapat mencuri waktu berdua kekost’an saya dan kami berdua saling melepas hasrat terpendam dan setelah selesai kami dapat dengan cepat kembali ke kantor, dan untuk makan siang kami membiasakan ngemil di kantor, jadi tidak begitu lapar.

Demikianlah cerita saya, yang sekarang Riris sudah meninggalkan saya karena dia mendapat pekerjaan baru dan sudah menikah dengan pilihannya yang tepat. Saya masih ngekost namun sudah tidak ada Riris yang menemani.

Tamat
More aboutPuncak Lautan Asmara

Posted by: ayu commo
koleksi cerita ngentot, Updated at: 09.02

Pesta Seks

Diposting oleh Unknown on Minggu, 25 Mei 2008

Malam Minggu tanggal 21 Agustus 2005 kemarin ibuku pergi kerumah temannya yang ada diyogyakarta tapi aku nggak mengerti apa urusan mereka. Yang penting aku ditinggalin

duit dan terutama bisa berduaan dengan pacarku yang bernama Ayu. Saat itulah kejadian yang benar benar nggak akan aku lupakan ini terjadi.



Saat ibuku berangkat ke yogya sekitar jam 16.30 aku segera mengambil sepeda federalku dan pergi kerumah Fitri sahabat pacarku yang jarak rumahnya sekitar satu kiloan. Saat sampai dirumah Fitri aku langsung menyuruh Fitri menjemput Ayu sementara aku menunggu dirumahnya Fitri.



Saat menunggu aku bermain dengan adik Fitri yang masih kelas 5 SD. Adik Fitri bernama Mala. Dia kelas 5 SD tapi sudah seperti anak kelas 3 SMP, bongsor dan sexy. Susunyapun sudah seperti anak remaja, ukurannya 32 A tapi fikiranya masih anak kecil. Tingginyapun sama hampir sama seperti kakaknya malahan tinggi Mala. Saat itu orang tua Fitri pergi keMatahari Klaten dan mereka berdua ditinggal pergi. Aku dan Mala bermain diruang tamu yang agak tertutup dari luar sambil nonton tv. Aku duduk disebelah Mala yang juga duduk disebelahku. Saat itu Mala memakai daster longgar dengan rok mini sepaha sehingga saat dia duduk seperti saat ini akan tersingkap. Paha mulusnya kelihatan hingga celana dalamnya yang berwarna putih kelihatan. Karena pemandangan itu kontolku langsung tegang mendesak celana jinsku.

"Mala main pengantinan yuk" ajakku berusaha untuk mencari cara agar dapat meraba tempik Mala atau susunya.

"Mas In main apa sih?" kata Mala nggak mengerti.

"Sini, saat ini pengantin cowoknya sedang main sayang sayangan dengan pengantin ceweknya" kataku sambil berusaha menariknya kepangkuanku menghadapku, diapun diam menurut. Saat sudah dipangkuanku rok mininya aku singkapkan agar kontolku pas ditempik Mala.

"Lalu cowoknya mencium susu ceweknya seperti ini" kataku sambil menurunkan tali dasternya yang longgar, mala diam saja. Aku melorotkanya sampai melewati tangannya lalu melepaskan daster atasnya. Ternyata Mala tidak memakai kaos dalam sehingga langsung telajang dada ketika dasternya aku pelorotkan.



Bentuk susu kecil Mala sungguh luar biasa indahnya. Kecil mungil masih sebesar jambu biji dengan puting coklat mudanya mencuat sebesar biji kacang tanah. Sekitarnya coklat muda melingkar mengelilingi putting yang mencuat. Aku sungguh terpesona



Aku lalu menunduk dan menjilat puting imut Mala dan kemudian mulai melumat lumatnya gemas.

"Mhh mas In geli, susu Mala kok diisep sih" katanya polos banget.

"Kan yang cowoknya sayang sama ceweknya" kataku lalu melanjutkan melumati susu Mala kanan kiri bergantian. Lama kelamaan Mala mulai menyukainya karena kepalaku dipeluknya erat erat.



Tanpa dia sadari tanganku mulai meraba tempiknya yang masih terlapis celana dalam putih. Aku mulai meraba dari atas lalu mulai kebawah. Disaat sampai di depan lubangnya yang kecil dan juga pas didepan kontolku, aku membuka celanaku dan menarik keluar kontolku dari celana dalamku dan membiarkannya mengenai tempiknya. Aku lalu menyelipkan kontolku kedalam celana dalam Mala lalu menggesek gesekkannya pelan pelan. Mala nggak sadar karena keenakan susunya aku lumat lumat.

"Mhhh mas In apa nih yang ngganjel" katanya lalu tangannya memegang kontolku yang masuk kedalam celana dalamnya menggesekkan dengan tempik Mala.

"Nggak apa apa Mala, saat ini cowoknya mau buat adik sama ceweknya" kataku sambil terus menggesek gesekkan kontolku ditempik Mala. Tangan Mala aku naikkan lagi dan aku kembali melumat susu Mala dan juga mempetting Mala hingga kurasakan lama lama tempik Mala basah juga. Mungkin karena keringat atau cairan apa aku nggak tau.



Kudengar diluar ada becak yang datang didepan rumah Fitri. Kudengar juga suara ibunya Fitri sedang membayar ongkos becak. Aku lalu buru buru menurunkan Mala dan memasukkan kontolku kedalam celana dalamku lalu menutup resletingnya.

"Mala naikkan dastermu nanti dimarahi mama lho tuh mama dateng" kataku lalu menarik tali daster Mala keatas.

"Iya mas, mama dah dateng" kata Mala polos lalu keluar menghampiri mamanya.

"Ahh syukurnya" kataku dalam hati karena hampir saja ketahuan. Tenang deh ntar kamu juga dapet bagian juga kata hatiku sambil membelai kontolku yang masih ngaceng.

"Eh Indra lagi nunggu Fitri yah, mana Fitri?" kata mamanya Fitri ramah karena aku sudah sering main kesana

"Lagi jemput Ayu bu lek" kataku.

"ooh ya sudah" lalu Iapun masuk kekamarnya.

"Mas lain kali main lagi yah kayak tadi" kata Mala.

"Iya sayang tapi jangan bilang siapa siapa yah" kataku lalu meremas susunya yang kelihatan mengintip menggoda.

"Ahhh mas In sakit tau" kata Mala merengut sambil menutupi susunya.

"Jangan bilang bilang yah" kataku lalu Mala mengangguk dan menyusul mamanya kekamar. Aku kembali menunggu Fitri.



Tak lama kemudian Fitri datang sambil membonceng Ayuku yang kusayang.

"Eh say kamu sudah izin kalau mau nginap?" tanyaku setelah Ayu datang dan duduk disampingku.

"Sudah sayang, aku izin kalau akan nginap dirumah Fitri" katanya.

"Ya sudah deh beres kalau gitu" kataku

"Eh sekarang kita kerumahnya Fandi lalu keinternet bareng" kataku.

"Ya sudah kalau gitu aku ambil sepedaku dulu dan pamit kemama" kata Fitri masuk kedalam dan tak lama keluar membawa sepedanya disusul ibunya.

"Bu lek kami main dulu yah" kataku berpamitan kepada mama Fitri lalu kami bertiga langsung pergi bareng kerumah Fandi pacar Fitri.



O iya aku belum memperkenalkan diriku, Ayu dan juga teman temanku. Namaku Krishna. Aku bersekolah sebuah madrasah di Klaten kelas 1. Kata teman temanku aku orangnya mirip bintang film Bollywood tapi yang mana aku sendiri nggak merasa begitu. Tinggiku sekitar 173-175cm. Aku tinggi karena aku sering latihan Tae Kwon Do. Penampilanku juga gaul dan funky jadi nggak kampungan.



Ayu siswi kelas tiga di SMP Negri 4 Klaten. Ayu orangnya tinggi semampai(sekitar 160cm), berambut panjang dan juga berkulit kuning langsat bodynya pun sangat sintal jadi kalau dinilai dia dapat 9, nggak 10 karena aku belum pernah bersetubuh dengannyaJ. Dia kalau diamati persis sekali dengan Nilam Koesworo penyanyi dangdut ibukota, dandanan Ayu juga gaul dan sexy menambah nilai lebih baginya saja. Ayu juga banyak yang mengejar terutama teman sesekolahnya tapi dia lebih memilihku. Ayu juga montok, BH nya berukuran 32b dan pantatnya membulat indah.



Kalau Fitri nggak kalah cantik dari Ayu tapi Fitri agak pendek dan juga hidungnya nggak semancung Ayu. Dia mirip Lyra Virna model dan juga presenter Tv itu. Dia juga sexy tapi sayang susunya masih imut maklumlah masih kelas dua SMP. Sekolahnya di SMP Negri 3 Klaten jadi nggak sama dengan Ayu. Kalau Fandi anak kelas satu diSMU Negri 3 Klaten orangnya tampan dan berkulit putih. Dia mirip sekali dengan kiannya Westlife tentu juga banyak yang menginginkan Fandi menjadi cowoknya.



Setelah sampai dirumah Fandi kami langsung pergi keluar jalan jalan berempat. Aku membonceng Ayu dan Fandi membonceng Fitri dengan sepeda federal kami masing masing. Suasana malam itu benar benar romantis banget. Kami berempat langsung menuju warnet LUV yang dekat dengan jarak rumah Fandi. Kami berempat memang memiliki hobby yang sama yaitu catting diinternet atau membuka situs BF. Setelah puas kami berempat keluar dari warnet dan menuju kerumahku.



Kami berempat menuju kerumahku dengan sepeda. Setelah sampai Fandi dan Fitri menuju kamarku. Aku cuma tersenyum geli.Pasti deh mereka mau peting lagi kataku dalam hati. Aku lalu menutup pintu rumahku dan memadamkan lampu ruang depan agar telihat seperti kosong.



Aku dan Ayu lalu duduk dilantai ruang makan beralaskan tikar sambil nonton tv. Ayu duduk didepanku sambil rebahan didadaku.



Lagi asyiknya memeluk Ayu aku mendengar teriakan kecil Fitri. Aku lalu melihat apa yang terjadi didalam kamarku.Aku langsung menyibakkan tirai kamarku yang menutupi kamar tidurku. Aku cuman bisa terdiam saat menyaksikan Fitri ditindih Fandi dengan telanjang bulat. Fitri dibawah seperti merasakan kesakitan namun juga kenikmatan. Ternyata tadi Fandi menusuk tempik Fitri dengan kontolnya. Kulihat cairan putih kental bercampur merah darah diselakangan Fitri. Ternyata Fitri masih perawan. Aku lalu keluar kamar nggak mau mengganggu kenikmatan mereka. Aku lalu kembali keruang makan dan kembali memeluk Ayuku.

"Ada apaan sih mas In?" tanya Ayu penasaran

"Nggak mereka lagi kawin"kataku. Saat itu terdengar rintihan rintihan antara kesakitan dan kenikmatan lirih.

"Sshhh.. aahkkhh.. aahkkh.. uuhh" desahan itu terdengar menggairahkan.

"Dengar nggak kamu yang?" tanyaku

"Iya mas, asyik yah kayaknya. Dah kebelet kali" kata Ayu

"Cobain yuk, kayaknya enak deh" kataku

"Iya tapi jangan disini. Dikamar aja yah" kata Ayu

"Iya kita kekamar sebelah" kataku lalu bangkit berdiri sambil menuju kamar sebelah diikuti Ayu.Sesampai dikamar aku lalu menyibakkan rok Ayu lalu melorotkan celana

panjangku dan celana dalamku sekalian hingga lepas. Kontolku tegak mengacung acung keras karena tidak ada penghalang. Saat rok Ayu tersibak langsung terlihat tempiknya yang mungil tetapi rimbun dengan rambut halus karena tadi celana dalamnya sudah aku lepas dan kukantongi. Aku lalu melepas rok mini Ayu dengan menarik resleting belakangnya. Lepaslah sudah penghalang kelamin kami tinggal atasan kami. Kami lalu saling melumat dan memainkan lidah kami seperti kesetanan karena kami sudah terangsang. Kontolku aku gesek gesekkan diperut Ayu yang mulus. Ahhh nikmatnya helemku tergesek kulit mulus. Tanganku lalu melepas kaos singlet Ayu dengan mengangkatnya keatas melewati kepala kami. Sekarang Ayu tinggal memakai BH birunya. Aku lalu melepaskan baju atasanku sampai aku bugil. Tanganku meraih kepunggung Ayu dan meraih kaitan BH Ayu lalu melepasnya dan membuang BH Ayu kelantai kamar. Kami lalu naik keranjang berdua. Aku langsung menindih Ayu dan melumat puting kanan Ayu.

"Ugh.. masshh" rintihan Ayu sangat indah didengar. Kulumat puting Ayu kanan kiri bergantian sementara kontolku aku gesekkan nail turun diselakangan dan tempik Ayu lalu aku menurunkan ciumanku keleher putihnya Ayu kemudian membuat cipokan yang memerahkan leher itu dibeberapa tempat. Setelah puas membuat kenangan untuk Ayu dilehernya sebagai tanda bahwa malam ini kami lagi gituan lalu aku menjilat dada atas Ayu hingga jilatanku sampai pada putingnya yang merah kecoklatan. Aku menjilatinya sebentar lalu aku melumatinya bergantian kanan kiri kanan kiri sambil aku remas remasnya. Bila aku melumat yang kiri tanganku meremas yang kanan tapi bila aku melumat yang kanan maka aku meremas yang kiri sehingga susu Ayu semakin keras dan mumbul.



Setelah puas aku nyusu aku lalu menjilat perut Ayu sebentar sampai jilatanku mengenai bulu tempiknya.Terasa geli saat bulunya mengenai hidungku. Aku lalu menjilati lipatan membelah merah ditempik Ayu.

"Mmhhh.. sshh.. aaahhh.. maasshh geli" rintihan Ayu menggemaskan. Saat aku menjilati sambil terkadang menyedot nyedotnya. Basah sekali ditempiknya. Aku lalu menyelusupkan lidahku ditempik sempit Ayu lalu menjilatinya dengan cara mengeluar masukannya.

"Aahhh.. maasshh geeliii" rintihanya saat kujilati. Setelah aku puas menjilati tempik Ayu lalu aku berlutut didepanya.

"Yang emutin dong iniku" kataku sambil memegangi kontolku.

"Emoh ah geli aku" katanya sambil begidik geli.

"Nggak apa apa sayang, ayo dong" aku sedikit memaksa sambil mendorong pinggangku maju dan mendekatkan kepala Ayu keselakanganku. Ayu lalu mulai menjilati helm kontolku. Geli bercampur enak mulai kurasakan. Lama lama Ayu mulai memasukkan kontolku kedalam mulutnya. Mulanya kena giginya. Sakit tapi enak menggelikan.

"Ahh yang jangan kenain gigi" kataku sambil memegang kepala Ayu. Ayu terus saja melumat lumat kontolku sambil sesekali melirik kearahku yang merem melek keenakan.

"Enak yah say" katanya sambil tertawa kecil.

"He eh terusin dong" aku meminta kembali lalu Ayu ngemut kontolku lagi. Kali ini aku memaju mundurkan pinggangku seperti menyetubuhi mulut Ayuku. Sensasinya antara enak dan sakit karena kena giginya tapi malah membuatku merasa nikmat. Setelah puas dikemutin Ayu lalu aku melepaskan kontolku dari mulut Ayu.

"Yang dimulai aja yuk, aku sudah nggak tahan nih yang" kataku lalu mencium bibir merahnya. Dia membalas kecupanku lalu menjawab.

"Iya, Ayu juga kok sayang. Aku sudah penasaran tapi pelan pelan yah yang" katanya manja.

"Iya deh sayang" jawabku lalu aku memposisikan diri diatas tubuhnya lalu mengepaskan kontolku dilubang tempik Ayu. Setelah pas dilubangnya lalu aku coba mendorong pelan pelan.

"Uhkhh…" ternyata susah juga maklum kontolku memang gede(18cm dengan diameter 5 cm). Setelah tiga kali mencoba dorong akhirnya kepala kontolku masuk juga. Walau baru kepala kontolku Ayu kelihatan meringis menahan sakit sepertinya. Aku lalu mencoba mendorong pelan sekali takut menyakiti Ayu.

"Sleeph…" pelan pelan kontolku masuk tapi setelah 1/3 nya kontolku terhalang selaput tipis sekali seperti mencegah kontolku masuk lagi.

"Yang apaan nih kok nggak bisa masuk lagi?" tanyaku penasaran.

"Nggak tau lah mas" jawab Ayu sambil menggigit bibir menahan perih lalu aku menghentakan pinggangku keras keras kedalam tempik Ayu.

"Aaahhhkkkhhhh…" teriaknya kesakitan saat semua kontolku masuk kedalam tempiknya. Saat kontolku masuk semua seperti ada sesuatu yang robek tadi.

"Aduh mas tahan sebentar" kata Ayu sambil memegangi pinggangku erat.

"Tahan yah sayang, kata orang bila pertama kali akan sakit gini" kataku tetap menindihnya. Rasanya sempit, enak, peret dan juga seperti diremas remas pelan pelan oleh dinding hangat dan lunak. Pokoknya enaaakk sekali. Setelah Ayu agak enakan nggak merintih lagi aku mulai mencoba menggoyangkan pinggangku naik turun walau masih pelan sekali karena peretnya tempik Ayu.

"Sleeephh.. bleess.. slleep.. blleess.. sleep" pelan pelan kontolku keluar masuk pelan pelan sedangkan Ayu menggigit bibir bawahnya menahan perih.

"Mmhhh maasshhh sakiithh" katanya pelan sekali sambil merintih rintih.

"Iyahh.. sayanghhh.. tahan yah nanti juga ilang" kataku diselingi desahan nikmat dan linu dikontolku.Rasanya seperti diremes keras keras. Setelah agak lama menaik turunkan kontolku, tempik Ayu sudah agak lancar. Ayupun sudah nggak merintih kesakitan lagi bahkan rintihan sakitnya berubah menjadi desahan keenakan.

"Maasshh.. aahhh.. oohh.. sshhh.. aahhhh.. iaahhh" desahannya sambil

penggangnya dinaikkan saat kontolku keluar tinggal helemnya saja lalu kaki indahnya menjepit pinggangku erat erat.

"Aaahhh… sshh… aaahh… sshhh… aaahkhhh mass In enaakkhh sekarang cepetin dong kocokanya Ayu geli nih.. aahhh.. aaahhh.. aaa" katanya diantara desah sungguh menggoda.

"Iyah sayang akuu jugaaa.. aaahhh.. oohh.. mmhhh" desahanku juga geli geli nikmat dikontolku. Tiba tiba…

"Masshhh In.. Ayyuu aahkk.. ohhhkkhh" desahanya

"Ayu knapa sayanghh…"jawabku.

"Aaahh… oohhh Ayu mau pipis… iaahhhh" lalu sseerrrr.. serrr… serrr. Ada cairan hangat dan kental mengenai helemku. Oh rupanya Ayu keluar.

"Aahhkhh… oohhh tahan masshh bentaaarrr… aaaaaa…" teriaknya saat aku tetap menaik turunkan pinggangku saat Ayu keluar. Rupanya geli banget. Lalu aku berhenti sejenak menunggu Ayu yang kepayahan karena pejuhnya keluar tadi tanpa mencabutnya.

"Enak nggak sayang" tanyaku sambil membelai belai rambut panjangnya.

"Ehmm nggak tau lah" jawabnya malu malu. Kaki Ayu tetap menjepit pinggangku malah semakin erat. Setelah agak lama kami istirahat sambil saling berciuman memainkan lidah,aku mulai menggoyangkan pinggangku naik turun lagi. Kembali Ayu mendesah desah keenakan.

"Oohh… aahhh… maass In teruusshhh iyaahhh gitu maasshhh jangan berenti" desahannya keenakan sementara itu aku mendengar ada dua suara orang seperti habis berlari jauh lalu aku menoleh kesamping kanan. Disamping kananku ada dua orang yang sedang mengawasi kegiatan kami. Ternyata Fandi dan Fitri berdiri berdampingan sambil melihat kami. Fitri menyandarkan kepalanya didada Fandi sedangkan tangan Fandi merangkul bahu Fitri.

"Napa brenti sih mas" kata Ayu nggak sabaran.

"Itu ada Fandi dan Fitri" kataku

"Eh kalian dah enakan belum" tanya Ayu kepada mereka tanpa malu malu lagi disaat sedang aku setubuhi.

"Iyah enak kok" jawab Fandi

"He-eh" sahut Fitri

"Ya sudah tunggu kami yah" sambung Ayu lagi

"Yuk mas lanjuti Ayu belum puas nih" Ajaknya kepadaku lalu aku kembali menaik turunkan pinggangku.

"Aahhh… oohhh… eennaaakkhhh… maasshhh In terusin kenthu Ayu sampai puas" desahan Ayu dibesar besarkan karena ada Fandi dan Fitri. Aku tidak peduli karena aku merasa ada yang mau keluar dikontolku.

"Yaanghhh aku mau keluar nih" kataku lalu aku menggenjot tempik Ayu semakin keras.

"Iya… sama sama masshh… aaahhhh…" jawabnya disertai desahan karena Ayu juga mau sampai.

Slepph… sleephh… sleepp, kontolku semakin cepat keluar masuk ditempik Ayu karena sama sama merasa nggak mau berenti.

Sreett… sreett… ssrreeeettt… pejuhku keluar didalam tempik Ayu sebanyak empat kali. Tak lama kemudian disusul Ayu yang memeluk tubuhku erat erat disusul helemku seperti disiram cairan lengket dan hangat. Setelah agak mereda orgasme kami aku langsung ambruk disamping Ayu sambil terengah engah. Sedang Ayu terbaring lemas sambil tersenyum puas.

"Enak yah tadi mainnya?" tanya Fitri sambil duduk disamping Ayu.

"He-eh… nikmat banget sampai kepayahan" kata Ayu.



Kami berempat lalu keluar dari kamar dan berbaring diruang makan sambil telanjang bulat.Kami sengaja bertelanjang karena kami merasa sudah nggak ada jarak lagi diantara kami berempat.

"Kamu bikin aku kewalahan juga yah dik" kata Ayu sambil membelai belai kontolku.

"Iya nih bikin orang dewasa nggak nahan aja" sahut Fitri sambil meremas punya Fandi dengan gemes.



Aku hanya meringis saja kegelian sambil memeluk kepala Ayu sedangkan Fandi tertawa pelan.Setelah kejadian itu kami sering melakukannya dikamarku,kamar Fandi atau juga bila hanya kami berdua sering melakukan dikamarku karena rumahku kalau malam sepi. Setelah empat bulan Fitri hamil karena Fandi sering mengeluarkannya didalam dan aku sering pakai kondom. Sedangkan Mala lebih sering aku kerjain sampai Mala keluar atau aku suruh ngemut kontolku bila rumah Ayu sepi atau bila Mala sedang sendirian dirumah.



Tamat
More aboutPesta Seks

Posted by: ayu commo
koleksi cerita ngentot, Updated at: 09.00

Pengalaman Sex Pertama

Diposting oleh Unknown on Sabtu, 24 Mei 2008

Kami kehilangan keperjakaan dan keperawanan kami bersama-sama. Hal itu terjadi ketika usiaku baru menginjak 11 tahun, pada akhir sekolahku di kelas 5. Memang tidak terlalu mengejutkan kalau dipelajari karena pasanganku adalah tetanggaku Kathy, yang usianya setahun diatasku, dan duduk dikelas 6.



Kita berdua satu sekolah di pinggir kota Chicago dan kami sudah bersahabat sejak tiga tahun sebelumnya. Sampai kemudian aku menganggapnya lebih dari sahabatku lainnya. Kathy agak tomboy, dia biasa bermain mainan yang biasanya dikerjakan anak laki-laki. Sampai kemudian tubuhnya berkembang seperti selayaknya seorang gadis, dan akupun mulai kikuk kalau sedang bersamanya, tanpa kuketahui dengan jelas apa sebabnya.



Ibu Kathy telah cerai dan harus bekerja siang hari pada suatu rumah makan. Keadaan ini semakin menyenangkan buat kami, karena kami berdua biasa ditinggalkan sendirian berjam-jam pada siang hari. Biasanya kami hanya sebatas duduk bersama sambil berbincang-bincang seperti anak-anak lain pada umumnya. Tapi sore ini terjadi keadaan yang berbeda.



Hari itu kami baru mendapatkan pelajaran pendidikan-sex di sekolah. Pada jaman itu, setahun sekali anak laki-laki dan perempuan dipisahkan untuk mendapatkan 'pendidikan seks'. Sebenarnya pelajaran itu berupa pelajaran biologi dengan sedikit tambahan informasi tentang masalah sex. Informasi tersebut cukup rinci dengan dilengkapi pula dengan buku saku dengan judul 'Apa yang harus diketahui anak laki-laki' atau 'Apa yang harus diketahui anak perempuan'.



Disana tidak dijelaskan secara gamblang tentang aktivitas sex. Secara alami anak laki-laki selalu ingin tahu apa yang telah diajarkan kepada teman-teman perempuannya, demikian pula sebaliknya anak-anak perempuan ingin tahu apa yang telah diajarkan ke teman-teman laki-lakinya. Demikian pula yang kami perbincangkan hari itu.



Kami berdua berada di dalam kamar Kathy, di atas tempat tidurnya yang berukuran besar, terbuat dari kayu jati yang nyaman. Kami duduk berhadapan, Kathy membaca buku sakuku sedang aku membaca buku sakunya.



"Kathy, kamu mendapatkan bahan banyak banyak dari yang kuperoleh. Contohnya lihat ini, ada proses haid dan Kotex!"

"Tapi mereka tidak benar-benar menceritakan secara jelas. Aku pikir kita telah memiliki gambar atau semacam anu."



Aku benar-benar sangat mengharapkan, karena aku belum pernah melihat tubuh perempuan yang telanjang dan seperti apa bentuk anunya dibawah sana. Kathy memakai T-Shirt dan celana pendek, aku bisa melihat betuk lengkungan bukit dadanya yang kecil, dan samar-samar aku juga bisa melihat garis celah-celah diantara pahanya yang tertutup oleh celana ketatnya.



"Aku tidak mengetahui mengapa mereka menyebutnya pendidikan-seks. Padahal disini tidak menerangkan bagaimana cara melakukannya."

"Siapa bilang? Mari kutunjukan kepadamu," kata Kathy sambil membungkukkan punggung dan meletakkan buku dihadapanku.



Kucium keharuman shampo rambutnya yang membuatku terangsang. Aku pun merasakan ketegangan anuku didalam celanaku. Tapi aku mengharapkan semoga dia tidak menyadari apa yang sedang kurasakan.



"Lihat! Disini dikatakan penis laki-laki akan tegang kaku dan keras. Sehingga bisa dimasukkan ke vagina perempuan, yang lembut dan mudah mengembang. Ketika dia ejakulasi, cairan sperma yang berisi jutaan sel masuk ke vagina perempuan dan membuahi telur."

"Itu sudah ceritakan banyak kepadaku," katanya dengan menyindir,"Seperti dimana letak liang vagina itu? Bagaimana cara penis memasukinya?"



Sebenarnya aku agak malu mendengar secara fulgar kata-kata itu di depan seorang gadis, sehingga wajahku menjadi merah padam dan penisku semakin menonjol keluar celanaku. Kathy membuka lagi lembar lainnya dan menunjukkannya kepadaku suatu baris gambar.



"Disini tempatnya," katanya sambil menunjuk kesuatu gambar.

"Sudah jelas apa yang kumaksudkan? Tidakkah sudah cukup jelas yang kamu cari?" kata Kathy.



Tiba-tiba sebuah ide masuk keotakku dan aku harus memutuskan untuk mengambil resiko.



"Dimana milikmu?"



Aku hampir tidak percaya bahwa aku benar-benar berani mengucapkannya. Aku tahu aku telah melakukan sesuatu yang bodoh, yang bisa diceritakan Kathy kepada teman-temanku disekolah.

Kathy melirikku dengan ekor matanya beberapa saat. Dia kibaskan rambutnya kebelakang dan menyisihkan rambut yang menutupi wajahnya. Kemudian merebahkan punggungnya dan tangannya digerakkan ketempat diantara kedua pahanya. Aku hampir tidak berani memandang ke arah bagian tersebut. Kemudian disusupkannya disuatu tempat di celananya.



"Disini tempatnya."



Waktu terus berjalan dengan cepat dan aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Aku Cuma tertawa dan berkata, "Itu bukan sangat dekat seperti apa yang dikatakan di buku!"



Kathy juga tertawa, dan aku bisa merasakan 'anuku' semakin membesar. Kami berdua melanjutkan membuka lembar lainnya sambil memperbincangkan lebih lanjut. Aku jadi grogi ketika Kathy kemudian berkata,"Jadi bagaimana penis bisa muat kalau dimasukkan kesana? Seperti yang dikatakan buku ini. Apa betul?"



Ya ampun! Dia sedang memperbincangkan 'anuku'! Aku menelan ludah beberapa kali sambil berkata,



"Kecuali, ketika penis sudah keras dan tegang."



Aku merasa jantungku berdebar semakin keras. Aku hampir tidak percaya apa yang sedang terjadi! Itu tidak seperti yang sering aku impikan. Aku belum mulai onani, dan proses ke arah sana terus berlangsung dengan cepat.



"Aku masih tidak paham bagaimana caranya penis bisa masuk kesana. Si perempuan mestinya tidur di atas meja atau apa saja sedang laki-laki dalam posisi berdiri."

"Aku sempat menyaksikan 'Wild Kingdom' semalam dan melihat dua singa melakukan itu. Cukup menarik."

"Bagaimana cara mereka melakukan itu?" Tanya Kathy penasaran.

"Singa betina duduk sana dan singa jantan duduk dibelakangnya. Kukira ia menaruh penisnya dari belakang."

"Mana bisa?" kata Kathy dengan nada meremehkan yang membuatku marah. Kami memang selalu bersaing dan saling mencintai.

"Benar, Aku melihatnya dengan jelas."

"Tidak masuk akal, lihat" kata Kathy sambil tubuhnya memberangkang dengan perut menyentuh kasur.

"Dengan posisi seperti ini bagaimana bisa masuk?"

"Singa betina bukan berbaring seperti itu. Kakinya ada dibawahnya," kataku sambil memperagakan posisi singa betina setengah berjongkok dengan tangan bertumpu pada kasur.

"Sama saja tetap tidak bisa. Lihat?" Kathy memposisikan kakinya dan sikutnya berada dibawah dadanya. Pantatnya diangkat, sehingga bulatan pinggulnya nampak jelas dibungkus celananya yang ketat.

"Vaginaku tepat disini." Tangannya digerakkan diantara kedua pangkal pahanya dan kulihat cembungan ditempat tersebut.

"Jika penis ditusukkan kesini, tidak akan bisa menjangkaunya."



Aku yakin bahwa aku yang benar, dan aku harus membuktikannya.

"Kenapa tidak, coba lihat," kataku sambil memposisikan tubuhku dibelakang Kathy seperti singa jantan, dan penisku kutempelkan dibulatan pantatnya.

"Hey, apa yang kau lakukan??" tanya Kathy dengan wajah merah padam.

"Membuktikan bahwa aku benar. Begini." kataku sambil mendorong dan menggesekan tonjolan penisku pada bulatan pantatnya. Kurasakan sensasi kehangatan menyentuh bagian tonjolan penisku.

"Penis akan ditusukkan dari sini, begini." Kuletakkan jari telunjukku mengacung diposisi penisku, kemudian kugerakkan pinggulku kedepan sehingga ujung telunjukku menusuk kepangkal pahanya.



"Ya, tapi tetap saja tidak bisa," kata Kathy tidak puas.

"Hey, aku tahu! Tunggu, jangan bergerak. Pindahkan posisi kakimu diantara kakiku, nah sekarang gerakkan maju."



Dengan berlandaskan lutut aku berdiri diantara kedua paha Kathy, kugerakkan pinggulku kedepan sehingga ujung jari telunjukku menyentuh cembungan dipangkal paha Kathy.

"Ohh," desah Kathy. Pinggulnya terjungkit ketika ujung jariku menusuk tepat di vaginanya.

"Begitu sudah tepat di vaginanya, singa jantan kemudian menindih tubuh singa betina, sambil menusukkan penisnya kedepan."



Kurebahkan tubuhku dipunggung Kathy sambil menggerakkan pinggulku maju mundur. Jariku kutusuk-tusukkan ke vagina Kathy. Aku hampir tidak percaya dengan apa yang kulakukan, kenyataannya jari telunjukku sedang menusuk dan menggosok bagian paling rahasia Kathy! Penisku jadi semakin tegang dan kalau diteruskan lagi sepertinya aku bisa orgasme. Aku tak tahu apa yang Kathy rasakan, yang pasti tubuhnya ikut menggeliat-geliat setiap kali kusentuh vaginanya. Akhirnya Kathy sadar akan keadaan kami, tubuhnya kemudian dibalikkan dan menjauh.



"OK, aku tahu yang kau maksudkan. Kau mungkin benar. Tapi kupikir manusia tidak melakukan dengan cara seperti itu."



Aku terduduk dengan wajah merah padam, sejenak kutenangkan diriku agar Kathy tidak tahu apa yang sedang bergolak pada diriku."Aku tidak mengatakan begitu, aku hanya mengatakan bahwa dengan cara seperti itu bisa dilakukan. Disamping itu apa ada cara lain untuk melakukan itu.



"Aku pernah melihat sesuatu di TV dengan Mamaku, tapi dia segera merubah channel sebelum aku sempat melihatnya dengan jelas." kata Kathy

"Apa itu?"

"Mereka berada dibawah selimut sehingga aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Tetapi perempuannya jelas sedang berbaring terlentang, seperti ini," kata Kathy sambil berguling terlentang, dengan kedua pahanya direnggangkan.

"Dan ada seorang laki-laki menindihnya dari atas."

"Tidak, dia tidak akan bisa berbuat sesuatu!" kataku penasaran.

"Kenapa tidak? Mari kita coba!"



Aku benar-benar khawatir. Aku tidak ingin melukai Kathy. Tapi aku ingat katika bermain bola, kathy pernah ditindih beberapa anak laki-laki yang ternyata tidak apa-apa. Tapi ada sesuatu yang membuatku berdebar-debar, dengan posisi itu aku akan bisa bergesekan lebih banyak dengan gundukan kecil di pangkal paha Kathy. Daerah itu terasa hangat dan telah menghipnotisku sehingga sempat bembuatku hampir orgasme.



"Sekarang berbaringlah di atasku," kata Kathy.



Aku merebahkan diri menindih tubuhnya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Kurasakan sepasang bukit di dadanya menusuk dadaku! Desah nafasnya menyapu wajahku dan kucium keharuman rambutnya, demikian juga kehangatan yang terpancar dari pangkal pahanya. Aku benar-benar terangsang berat, apalagi ketika kedua tangannya merangkul leherku sehingga tubuh kami berhimpitan.



"Kamu menyukai posisiku seperti ini?" bisikku dengan suara bergetar.

"Yeah. Sepertinya nyaman," bisik Kathy. Mata kami saling pandang, 1001 perasaan bercampur aduk. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan sampai Kathy berbisik,

"Kamu pernah mencium seorang gadis?"

"T.. Tidak pernah," jantungku berdebar keras, aku tidak pernah sedekat ini dengan Kathy. Wajahnya yang manis sekali tampak merah padam, tapi malah kelihatan semakin cantik. Tubuhnya yang harum, padat tapi lembut sekali.

"Aku juga," kata Kathy, kemudia kita tertawa bersama.

"Maksudku aku tidak pernah mencium seorang laki-laki, tapi.."



Tiba-tiba Kathy menarik wajahku dan.. Bibirku bersentuhan dengan bibirnya.. Kami berciuman sambil menutup mata, bibir kami saling bergesekan, saling menghisap dan lidah kami saling menyentuh dan membelai.. Wow, sesuatu yang sangat luar biasa!! Getaran sentuhan bibir kami sampai terasa kesekujur tubuh kami, terasa niimaat sekali, sulit kami gambarkan dengan kata-kata. Ciuman itu terhenti karena kami kehabisan napas.



"Ohh, luar biasa, manis sekali," desahku.

Tapi tiba-tiba aku terkejut ketika Kathy malah tetawa genit.

"Mnn.. Mmmhmm." tawanya yang genit lagi.

"Apa yang sangat lucu?" tanyaku penuh tanda tanya.

"Aku dapat merasakan kamu." kata Kathy sambil tersenyum manis.

"Tapi? Aku dapat merasakan kamu juga." kataku masih bingung.

"Tidak, maksudku aku dapat merasakan anumu.. Um.. Penismu. Aku merasakan benar-benar sangat keras."



Aduh! Aku benar-benar telah melupakan! Aku benar-benar bodoh luar biasa, dan Kathy bisa ceritakan teman-temanku! Aku bisa sangat malu, tapi hal itu terjadi tanpa dapat kukendalikan.



"Oh.. Aku.. Minta maaf, aku benar-benar tidak sengaja, itu terjadi dengan sendirinya, tanpa dapat kucegah." kataku terbata-bata, sambil bergerak mengangkat pinggulku.

"Hey, Aku tidak keberatan koq." kata Kathy, sambil melipat kakinya memeluk pinggulku, sehingga aku tidak bisa bangun, dan kurasakan tonjolan penisku semakin merapat erat dengan cembungan vaginanya.

"Aku.. Aku tidak tahu. Itu kadang-kadang terjadi dengan sendirinya." kataku mencoba untuk menerangkan keadaanku.

"Benar? Bagus sekali." kata Kathy sambil menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga aku semakin terangsang.

"Seberapa besarnya?" bisik Kathy.

"Apanya?!" tanyaku agak panik.



Kathy tertawa genit, dia senang melihat kebingunganku.



"Seberapa besarnya mm penismu? Aku merasakan cukup besar. Aku hanya tidak bisa memahami apakah anunya seorang gadis bisa dimasuki yang sebesar itu?

"Aku tidak tahu, aku juga tidak pernah memikirkan seberapa besarnya."

"Coba kulihat," kata Kathy.



Hatiku semakin berdebar-debar, Kathy ingin melihat penisku! Apakah aku harus telanjang bulat di depan seorang gadis? Tidak!



"Ayolah, biarkan aku melihatnya, please?"



Tunggu dulu. Ini adalah kesempatanku untuk melihat seorang gadis telanjang. Ini benar-benar sesuatu yang luar biasa! Tapi aku tidak yakin Kathy membolehkan aku melihatnya. Tapi ternyata Kathy mau! Kathy juga benar-benar ingin melihatku telanjang. Hanya untuk melihat, tanpa berbuat apa-apa lagi!



"OK, kamu dulu." kataku.

"Tidak, kita sama-sama." katanya.



Ini memang adil. Aku segera membuka bajuku, demikian pula Kathy. Detak jantungku terasa semakin cepat. Aku pernah melihat Kathy dalam pakaian renang, tapi ini benar-benar luar biasa. Sambil melepas bajuku, mataku tidak pernah lepas dari bra-nya yang berwarna putih, dan juga kulit tubuhnya yang kuning mulus. Aku benar-benar tidak pernah membayangkan begitu luar biasa, apalagi ketika Kathy membuka kaitan bra-nya dan melepaskannya.. Jantungku seakan berhenti bertetak..



Akhirnya aku benar-benar melihat buah dada seorang gadis!! Bulat, putih bagai cream, puting kecil berwarna pink yang mencuat indah sekali. "Mmm." Guman Kathy menyadarkanku. Kathy tersenyum-senyum malu melihatku terbengong-bengong melihat kemulusan buah dadanya.



Aku segera melepaskan sabukku, Kathy menyusupkan jarinya memegang elastik celana pendeknya dan berhenti mejhmaxwnungguku. Aku segera melepaskan kancing celana dan terus melepas celana jeanku. Penisku yang tegang langsung tampak mencuat dari dalam celana dalamku. Tiba-tiba mukaku merah padam, ternyata Kathy belum melepas celana pendeknya.



"Hey! Ayoi! Kamu kan janji bersama-sama!"

"Oh, maaf. Aku lupa," kata Kathy sambil sorot matanya tidak lepas dari tonjolan penisku di celana dalamku.



Kathy kemudian berbaring sambil melepas celena pendeknya melewati pinggulnya yang bulat indah. Tubuh kami berdua sekarang tinggal dibalut oleh celana dalam. Aku benar-benar kagum dengan kemulusan kulit tubuhnya bagaikan kulit bayi, kuning kemerahan dan halus sekali.



"Siap," kata Kathy.

"OK," kataku mantap.



Aku benar-benar sudah tidak sabar lagi melihat tubuh seorang gadis yang telanjang bulat di depanku. Dan.. Hal itu benar-benar menjadi kenyataan ketika Kathy pelahan-lahan melepas celana dalamnya, bersamaan dengan kuturunkan celana dalamku melewati kakiku.



Dan kemudian kami berdua sama-sama terbengong-bengong melihat tubuh telanjang di depannya. Kulit tubuh Kathy benar-benar mulus, lekukan tubuhnya benar-benar mempesona. Ketika sudut mataku melihat ke Kathy, kulihat wajahnya merah padam dan sorot matanya menjelajahi seluruh tubuhnya. Sepertinya wajahnya jadi semakin cantik dan oohh.. Sepasang bukit dadanya benar-benar mengagumkan dan menggetarkan hatiku, tapi.. Bagian bawahnya.. Kulihat rambut kecil-kecil halus berwarna pirang menutupi cembungan dipangkal pahanya. Tapi tidak ada lagi yang bisa kulihat, sepertinya semuanya tersembunyi dibalik rambut halus itu.



"Wow," seru Kathy.

"Berbaringlah terlentang, aku ingin bisa melihatnya dengan jelas."



Aku tidak bisa menolaknya, aku terlentang sambil memperhatikan Kathy. Dia bergeser mendekati diriku. Sepasang bukit dadanya ikut bergoyang, pemandangan yang menakjubkan sekali. Aku tidak memperhatikan tangannya sampai ketika jari-jarinya mengelus batang penisku dengan lembut."Oh besar sekali, keras, tapi kulitnya lembut sekali." kata Kathy sambil tangannya menjelajahi seluruh bagian penisku, meremas dan mengusap-usapnya dengan lembut.



"Ouchh!" erangku. Sepertinga tubuhku melambung tinggi..

"Benar-benar luar biasa," desis Kathy benar-benar terpesona menyaksikan penisku yang tegang kukuh dan keras. Kurasakan jari-jari Kathy mengocok-kocok batang penisku naik turun dengan penuh gairah. Aku tidak pernah melihat penisku menjadi sebesar itu, sepertinya penisku telah mengembang secara maximum. Mataku tertutup rapat-rapat.. Mulutku mendesah-desah tanpa dapat kukendalikan lagi,



"Ooohh.. Aaahh.." aku benar-benar tidak pernah merasakan senikmat ini.

"Kau senang aku beginikan?" bisik Kathy dengan suara genit.



Gerakan tangannya naik-turun semakin cepat sampai pinggulku terangkat-angkat menahan nikmat dan geli luar biasa. Akhirnya aku tak dapat menahan lagi, dengan diiringi teriakkan nyaringku, spermaku meledak dan menyembur kuat keudara beberapa kali. Inilah untuk pertama kalinya aku mengalami orgasme. Kathy juga berteriak tertahan dan meloncat menjauhiku, gadis ini benar-benar terkejut melihat spermaku yang begitu dasyat menyembur keudara dan sebagian jatuh menimpa tangan, paha dan dadanya.



Beberapa saat aku terkulai lemas. Sepertinya aku sempat tak sadar beberapa detik. Begitu pula Kathy, gadis ini terbengong-bengong melihat kejadian yang benar-benar tak pernah terbayangkan olehnya.



"Apa.. Apa yang terjadi??" kata Kathy terbata-bata.

"A.. A.. Aku tidak tahu. Aku tidak pernah mengalami seperti ini sebelumnya." kataku tergagap-gagap.



Setelah berpikir beberapa saat Kathy berkata pelan.



"Aku tahu. Kau mengalami orgasme." katanya sambil mengusap-usap cairan kental spermaku yang berhamburan kemana-mana.

"Ini adalah sperma. Tapi aku benar-benar tidak menduga proses keluarnya begitu luar biasa."

"Yeah, memang sangat luar biasa. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sulit kugambarkan." kataku.

Kathy tertawa genit.

"Itu karena aku! Aku yang membuatmu sampai orgasme! Tadinya aku khawatir, kau mengerang-erang seperti kesakitan."

"Yeah. Benar-benar luar biasa. Jari-jari tanganmu juga luar biasa" kataku sambil melihat tubuh moleknya yang telanjang bulat. Dan akupun tak ingin membuang tempo lagi.



"Hey. Sekarang gantian aku!! Cepat kamu berbaring" kataku.

"Tapi.. Tapi kau pelan-pelan ya??" kata Kathy."Aku takut."

"OK, jangan khawatir, aku tak akan menyakitimu."



Ya Tuhan, inilah hari bersejarahku sebagai seorang laki-laki. Dihadapanku berbaring terlentang sesosok tubuh gadis yang luar biasa cantiknya telanjang bulat. Mataku benar-benar termanjakan dengan pemandangan yang benar-benar menakjubkan.



Pelahan-lahan kuusap cairan spermaku yang menempel di bukit kecil di dada Kathy. Tanganku sampai gemetaran meraba kulit kenyal dan halus di sepasang bukit indah itu. Puttingnya yang kecil jadi mengeras ketika tanganku mengelus-elusnya. Apalagi ketika puting itu kepegang dan kupilin-pilin lembut, Kathy mengerang lembut. Hatiku sampai berdesir mendengar erangan aneh itu. Sepertinya mengandung kekuatan magis yang membangkitkan kembali gairahku.



Kuturunkan tanganku menelusuri perutnya kebawah sampai daerah pangkal pahanya. Kuusap-usap rambut halus pirang disana. Rambut yang panjangnya sekitar 1/4 inci itu sangat lembut. Aku tidak menduga didaerah itu bisa tumbuh rambut. Ujung jariku kususupkan ke celah-celah yang membelah vertikal gundukan kecil di pangkal pahanya. Daerah itu ternyata basah oleh cairan lendir.



"Buka lagi pahamu, aku tidak bisa melihat apa-apa disini."



Ketika Kathy membuka lagi pahanya, tampaklah celah-celah yang berwarna pink yang mengkilat basah oleh cairan lendir.



"Wow!!"



Benar-benar pemandangan yang luar biasa, aku tidak pernah membayangkan seperti itu bentuk vagina seorang gadis. Kudekatkan wajahku agar bisa melihat lebih jelas daerah misterius yang sudah lama ingin kulihat. Kucium aroma khas yang segar dan juga cukup harum. Kukita Kathy sangat rajin membersihkan daerah itu. Tapi kembali aku tak bisa melihat apa-apa selain celah vertikal yang tertutup. Dengan hati-hati kususupkan jari-jariku kebibir vertikal yang cukup tebal itu, kurasakan kebasahan dan kehangatan didaerah itu.



Pinggul Kathy terjungkit-jungkit setiap kali kugosok celah-celah itu, bibirnya setiap kali juga mengeluarkan desahan-desahan aneh yang merangsang pendengaran, apalagi ketika ujung jariku menyentuh tonjolan clitorisnya. Sepertinya daerah tersebut sangat sensitif seperti juga sulit penisku, dan Kathy juga merasakan nikmat yang tak kalah bebatnya seperti ketika Kathy mengusap penisku. Aku jadi semakin bersemangat menggerakkan jariku menyusuri celah-celah itu.



Akhirnya mataku melihat lubang kecil berwarna merah muda dibawah tonjolan clitorisnya. Dari lubang itulah cairan bening itu keluar. Lubang itu cuma sebesar ujung jari kelingkingku. Aku yakin itulah yang disebut vagina yang tadi ditunjuk oleh Kathy, dan di buku dikatakan bahwa penis dimasukkan ke lubang itu. Tapi koq begitu kecil? Kumasukkan ujung jariku ke lubang itu, terasa hangat dan ketika kugerak-gerakkan tiba-tiba aku sangat terkejut, sepertinga ujung jariku terhisap oleh lubang itu. Aku jadi penasaran sekali, ketika akan kumasukkan lagi tiba-tiba Kathy membentakku.



"Hey! Apa yang kamu lakukan?!" katanya sambil melompat ketika ujung jariku kumasukkan lebih dalam.

"I just want to see what it feels like.", I said, still pushing. Now, it was past the first knuckle.

"Aku hanya ingin tahu lubang apa itu.", kataku sambil terus mau memasukkan ujung jariku lagi.

"Cut it out!" she was squirming. I kept pushing. She moaned and said again, but more softly,

"Keluarkan cepar keluarkan." kata Kathy panik.



Ujung jariku seperti menabrak suatu dinding dan ketika kudorong lagi.



"Auw.. aduh stop!!" Jerit Kathy kesakitan. Dengan gugup kutarik ujung jariku keluar lubang kecil dan sempit itu.

"Itukan lubang dimana penis dimasukkan bukan??" kataku mencari kepastian.

"Mungkin."



I started pushing my finger into her again,"Does it feel like a penis?"



Aku memulai mendorong lagi jariku ke dalam lubang itu,

"Apakah seperti dimasukkan penis?" tanyaku lagi. Pinggul Kathy kembali menggeliat-geliat.

"Aduuhh stop, stop please!" Rintih Kathy.



Aku ingat ketika singa jantan memasukkan penisnya kevagina singa betina. Tapi Kathy sepertinya merasa kesakitan dan keenakan sekaligus. Kini jariku kugerakkan keluar masuk. Lubang itu begitu sempit dan ketat menjepit ujung jariku. Cairan lendir semakin banyak keluar. Kulihat Kathy tidak lagi kesakitan, cuman mulutnya tak henti-hentinya mendesis keenakan dan tubuhnya menggeliat-geliat begitu menggairahkan.. Sampai tiba-tiba tubuhnya menggigil dan mengejang,



"Aaahh.. Ooohh," jeritnya nyaring sambil menarik tanganku dari liang itu.

"Apa yang terjadi??" tanyaku keheranan.

"Entah, ahh." Desah Kathy dengan nafas tersegal-segal.

"Mungkin aku orgasme," bisik Kathy sambil tersenyum manis sekali.

"Ohh, kupikir memang benar penis harus dimasukkan ke lubang itu," kataku, "Tapi aku tidak yakin lubang itu terlalu kecil untuk ukuran penis."

"Kenapa tidak?" kata Kathy sambil melihat penisku yang mulai membesar dan menegang lagi.

"Penis terlalu besar. Ujung jariku saja sudah sulit masuk, apalagi penis yang ukurannya jauh lebih besar dan panjang."



Kathy meraih kembali penisku.



"Yeah aku tahu maksudmu."



Dia memperhatikan penisku dengan seksama sambil mengusap-usapnya. Sepertinya dia sangat sangat tertarik dan menyukai penisku itu, seperti barang antik yang sangat berharga.



"Jika tidak cukup, paling tidak kita bisa mencobanya untuk meyakinkan samapi sejauh mana." kata Kathy sambil melirik ke arahku, senyuman genis tersungging dibibirnya.

"Apa kau pikir cukup aman?" tanyaku ragu-ragu. Tentunya aku sangat senang melakukannya, tapi aku khawatir Kathy akan kesakitan.

Kathy kembali berbaring terlentang dan pahanya dibuka lebar.

"Yakin. Bila tidak muat dimasukkan ke dalam milikku, maka kita akan mencari cara lainnya. Apapun juga kamu bisa ejakulasi, dan itu tidak akan menbuatku hamil karena tidak masuk ke dalam."



Aku segera menempatkan pinggulku diantara kedua pahanya. Terasa hangat, basah dan lembut. Kugerak-gerakkan ujung penisku untuk menemukan lubang itu, begitu menyentuh lubangnya, kutekan sedikit, kemudian kugerakkan pinggulku sambil terus menekan. Sepasang bukit dadanya mengeras, putingnya menusuk dadaku. Kedua tangannya merangkul leherku. Kami kembali berciuman. Tubuh kamu saling menekan dan menggesek.



Kathy ketawa genit sambil berbisik, "Aku sangat senang kamu ada disini, dalam posisi seperti ini," katanya sambil memelukku dengan mesra sekali.



Kami terus saling menggesek dan menekan, tangan kami juga saling mengelus dan meremas-remas. Nafas kami semakin cepat dan tubuh kami juga semakin panas, peluh kami mulai membasahi tubuh kami. Ini benar-benar luar biasa. Gesekan-gesekan itu demikian nikmatnya. Tapi usaha penisku untuk masuk ke lubang itu selalu gagal.



"Masih belum bisa masuk?" Bisik kathy.

"Coba kutekan agak keras lagi," kuangkat sedikit pinggulku, kemudian kutekan keras, tapi ternyata malah meleset kesamping.

"Uhh.." desis Kathy.

"Coba kubantu," bisik Kathy sambil tangannya meraih batang penisku, kemudian ditempatkan tepat di gerbang liang vaginanya.

"Tekan!!" kata Kathy.

"Yeah," kataku sambil menekan pinggulku cukup kuat.



Kuangkat sedikit lagi, kembali kutekan lebih keras sambil tangan Kathy mengarahkan penisku. Kurasakan liang itu semakin mengembang dan tiba-tiba sebagian ujung penisku berhasil melesak ke dalam.



"Stop!" teriak Kathy.

"Ohh.." keluhku, sambil menghentikan gerakanku.



Kepala penisku yang bulat sudah berhasil masuk keliang vagina Kathy. Begitu ketatnya liang itu seperti mengunci ujung penisku.



"Ujung penisku sudah berhasil masuk," bisikku.

"Ya, aku tahu. Aku dapat merasakannya." kata Kathy.



Pelahan kutarik sedikit penisku pelan-pelan, kemudian kutekan lagi dengan tekanan lebih kuat. Begitu kulakukan berulang-ulang sampai ujung penisku tiba-tiba menabrak kuat dinding penghalang disana.



"Ahh, stop, kita sebaiknya berhenti, ohh jangan!" kata Kathy terbata-bata.



Meskipun mulutnya mengatakan jangan, tapi kurasakan pelukan Kathy malah semakin erat, dan pinggulnya pun bergerak mengimbangi tusukannku.



"Kita sebaiknya berhenti.. Kita, ohh stop!" rintih Kathy.

"Yeah." kataku, tapi penisku tidak mau berhenti. Tekanan pinggulku makin lama makin kuat sehingga akhirnya..

"Aaahh.. ADUH!! Ohh.. Aaahh," jeritan Kathy melengking kuat ketika penisku berhasil menembus benteng penghalang itu. Batang penisku tenggelam seluruhnya ke dalam liang yang sudah tidak perawan lagi, sampai bola testicle-ku menekan pangkal pahanya. Jeritan Kathy dan cengkeraman kukunya mencengkeram kuat di pundakku dan pahanya memeluk kuat kuat pinggulku membuatku benar-benar terkejut.



"Aduh! stop, stop!" jerit Kathy.



Kurasakan jepitan liang vagina Kathy yang begitu kuat dan ketat sekali, kurasakan juga denyutan-denyutan dinding liang itu seperti menyedot penisku, dan kurasakan kehangatan disana.



"Kathy. Penisku sudah masuk semua." kataku sambil terengah-engah.

"I can tell. It hurt. A lot."

"Aku bilang stop! Sakit sekali tahu!" bentak Kathy. Kulihat wajahnya merah padam dan air matanya mengalir membasahi pipinya.

"Maafkan aku Kathy. Aku tidak bisa mengendalikan diriku."

"OK. Bisa kamu tarik keluar sekarang?"

"OK.." Aku cabut penisku pelan-pelan, Kathy merintih, kutekan lagi pelan-pelan dan kembali kutarik lagi sedikit. Kurasakan sesasi gesekan antara penisku dan dinding liang vagina Kathy begitu luar biasa nikmatnya. Tubuhku sampai menggigil menahan geli dan nikmat yang teramat sangat.



"Kathy, sebaiknya jangan dilepas," bisikku.

"Ya, aku tahu.." desah Kathy sambil menggerakkan pinggulnya keriri-kanan mengikuti gerakan pinggulku. Tangan Kathy kembali memelukku erat-erat. Seperti juga aku, sepertinya Kathy juga merasakan sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa. Dia ingin menghentikannya, tapi kenikmatan itu sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dan tiba-tiba kembali tubuh Kathy mengejang sambil mengerang cukup keras, ketika Kathy mencapai orgasmenya yang kedua kali. Kathy sepertinya mengatakan sesuatu kepadaku, tapi tidak jelas, akhirnya ia menggigit pundakku.



Diding liang vaginanya berdenyut-denyut kuat, membuat penisku tersedot-sedot dan sepertinya aku juga tidak kuat lagi menahan diri. Kutekan penisku dalam-dalam dan..



"Aaahh.." spermaku menyembur kuat berkali-kali didasar liang vagina Kathy.



Entah berapa lama kami terkulai sambil berpelukan, penisku masih tertanam diliang vagina Kathy..



Ketika kami sadar, segera kutarik penisku yang sudah mengecil itu. Kulihat cairan spermaku bersama cairan vagina Kathy berhamburan dimana-mana. Dan cairan itu berwarna merah.. Memang benar-benar darah Kathy yang bercampur cairan sperma.



"Ya ampun, Kathy, aku benar-benar melukaimu, maafkan aku Kathy," seruku panik.

"Ohh tidak!" jerit Kathy sambil melihat ke vaginanya.

"Kamu ejakulasi di dalam lubang vaginaku!! Kau masukkan spermamu di dalam! Aduh, kamu bisa membuatku hamil!!"



Cepat-cepat kuperiksa vagina Kathy. Tidak kelihatan ada luka disana, tapi darah keluar dari liang vaginanya. Aku yakin, pasti bagian dalam liang vagina itu ada yang luka.



Akhirnya kami memutuskan untuk tidak menceritakan kepada orang lain kalau Kathy sembuh nanti. Kami cuman bisa menunggu untuk melihat apakan Kathy hamil atau tidak. Kami segera berpakaian dan aku segera lari pulang kerumah. Sampai beberapa minggu kami berdua dihinggapi perasaan takut. Dan Kathy pun sepertinya takut untuk menemuiku. Dia selalu menghindar kalau melihatku.



Kami memang tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada orang lain, dan kami juga tidak pernah melakukan hubungan sex lagi, tapi kami masih berteman sampai beberapa tahun, sampai akhirnya aku pindah ke Denver. Tapi aku tidak pernah melupakan hari bersejarah yang sangat menakjubkan itu!!



Tamat
More aboutPengalaman Sex Pertama

Posted by: ayu commo
koleksi cerita ngentot, Updated at: 12.03

Pembantu Yang Sexy

Diposting oleh Unknown on Jumat, 23 Mei 2008

Hari ini seperti biasa aku perhatikan istriku sedang bersiap untuk berangkat kerja, sementara aku masih berbaring. Istriku memang harus selalu berangkat pagi, tidak seperti pekerjaanku yang tidak mengharuskan berangkat pagi. Tidak lama kemudian aku perhatikan dia berkata sesuatu, pamitan, dan perlahan meninggalkan rumah. Sementara aku bersiap kembali untuk tidur, kembali kudengar suara orang mendekat ke arah pintu kamar. Tetapi langsung aku teringat pasti pembantu rumah tangga kami, Lia, yang memang mendapat perintah dari istriku untuk bersih-bersih rumah sepagi mungkin, sebelum mengerjakan yang lain.



Lia ini baru berumur 17 tahun, dengan tinggi badan yang termasuk pendek namun bentuk tubuhnya sintal. Aku hanya perhatikan hal tersebut selama ini, dan tidak pernah berfikir macam-macam sebelumnya. Tidak berapa lama dari suara langkah yang kudengar tadi, Lia pun mulai tampak di pintu masuk, setelah mengetuk dan meminta izin sebentar, ia pun masuk sambil membawa sapu tanpa menunggu izin dariku. Baru pagi ini aku perhatikan pembantuku ini, not bad at all.



Karena aku selalu tidur hanya dengan bercelana dalam, maka aku pikir akan ganggu dia. Dengan masih pura-pura tidur, aku menggeliat ke samping hingga selimutku pun tersingkap. Sehingga bagian bawahku sudah tidak tertutup apapun, sementara karena bangun tidur dan belum sempat ke WC, kemaluanku sudah mengeras sejak tadi. Dengan sedikit mengintip, Lia berkali-kali melirik kearah celana dalamku, yang didalamnya terdapat 'Mr. Penny'ku yang sudah membesar dan mengeras. Namun aku perhatikan dia masih terus mengerjakan pekerjaannya sambil tidak menunjukkan perasaannya.



Setelah itu dia selesai dengan pekerjaannya dan keluar dari kamar tidur. Akupun bangun ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti biasa aku lepas celana dalamku dan kupakai handuk lalu keluar mencari sesuatu untuk minum. Kulihat Lia masih meneruskan pekerjaannya di ruang lain, aku rebahkan diriku di sofa depan TV ruang keluarga kami. Sejenak terlintas untuk membuat Lia lebih dalam menguasai 'pelajarannya'. Lalu aku berfikir, kira-kira topik apa yang akan aku pakai, karena selama ini aku jarang sekali bicara dengan dia.



Sambil aku perhatikan Lia yang sedang sibuk, aku mengingat-ingat yang pernah istriku katakan soal dia. Akhirnya aku ingat bahwa dia memiliki masalah bau badan. Dengan tersenyum gembira aku panggil dia dan kuminta untuk berhenti melakukan aktivitasnya sebentar. Lia pun mendekat dan mengambil posisi duduk di bawah. Duduknya sangat sopan, jadi tidak satupun celah untuk melihat 'perangkatnya'. Aku mulai saja pembicaraanku dengannya, dengan menanyakan apakah benar dia mempunyai masalah BB. Dengan alasan tamu dan relasiku akan banyak yang datang aku memintannya untuk lebih perhatian dengan masalahnya.



Dia hanya mengiyakan permintaanku, dan mulai berani mengatakan satu dua hal. Semakin baik pikirku. Masih dengan topik yang sama, akupun mengajaknya ngobrol sejenak, dan mendapat respon yang baik. Sementara dudukku dengan sengaja aku buat seolah tanpa sengaja, sehingga 'Mr. Penny'ku yang hanya tertutup handuk akan terlihat sepenuhnya oleh Lia. Aku perhatikan matanya berkali-kali melirik ke arah 'Mr. Penny'ku, yang secara tidak sengaja mulai bangun. Lalu aku tanyakan apa boleh mencium BB-nya, sebuah pertanyaan yang cukup mengagetkannya, selain karena pertanyaan itu cukup berani, juga karena matanya yang sedang melirik ke 'anu' ku. Untuk menutupi rasa malunya, diapun hanya mengangguk membolehkan.



Aku minta dia untuk mendekat, dan dari jarak sekian centimeter, aku mencoba mencium BBnya. Akalku mulai berjalan, aku katakan tidak begitu jelas, maka dengan alasan pasti sumbernya dari ketiaknya, maka aku minta dia untuk menunjukkan ketiaknya. Sejenak dia terdiam, mungkin dipikirnya, apakah ini harus atau tidak. Aku kembali menyadarkannya dengan memintanya kembali memperlihatkan ketiaknya. Melihat tatapannya aku mengerti bahwa dia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya untuk memenuhi permintaanku. Maka aku dengan cepat menuntunnya agar dia tidak bingung akan apa yang harus dilakukan. Dan aku katakan, naikkan saja baju kaosnya sehingga aku dapat memeriksa ketiaknya, dan aku katakan jangan malu, toh tidak ada siapapun di rumah.



Perlahan diangkatnya baju kaosnya dan akupun bersorak gembira. Perlahan kulit putih mulusnya mulai terlihat, dan lalu dadanya yang cukup besar tertutup BH sempit pun mulai terlihat. 'Mr. Penny'ku langsung membesar dan mengeras penuh. Setelah ketiaknya terlihat, akupun memberi perhatian, kudekatkan hidungku terlihat bulu ketiaknya cukup lebat. Setelah dekat aku hirup udara sekitar ketiak, baunya sangat merangsang, dan akupun semakin mendekatkan hidungku sehingga menyentuh bulu ketiaknya. Sedikit kaget, dia menjauh dan menurunkan bajunya. Lalu aku katakan bahwa dia harus memotong bulu ketiaknya jika ingin BBnya hilang. Dia mengangguk dan berjanji akan mencukurnya. Sejenak aku perhatikan wajahnya yang tampak beda, merah padam. Aku heran kenapa, setelah aku perhatikan seksama, matanya sesekali melirik ke arah 'Mr. Penny'ku. Ya ampun, handukku tersingkap dan 'Mr. Penny'ku yang membesar dan memanjang, terpampang jelas di depan matanya. Pasti tersingkap sewaktu dia kaget tadi.



Lalu kuminta Lia kembali mendekat, dan aku katakan bahwa ini wajar terjadi, karena aku sedang berdekatan dengan perempuan, apalagi sedang melihat yang berada di dalam bajunya. Dengan malu dia tertunduk. Lalu aku lanjutkan, entah pikiran dari mana, tiba-tiba aku memuji badannya, aku katakan bahwa badannya bagus dan putih. Aku juga mengatakan bahwa bibirnya bagus. Entah keberanian dari mana, aku bangun sambil memegang tangannya, dan memintanya berdiri berhadapan. Sejenak kami berpandangan, dan aku mulai mendekatkan bibirku pada bibirnya. Kami berciuman cukup lama dan sangat merangsang. Aku perhatikan dia begitu bernafsu, mungkin sudah sejak tadi pagi dia terangsang.



Tanganku yang sudah sejak tadi berada di dadanya, kuarahkan menuju tangannya, dan menariknya menuju sofa. Kutidurkan Lia dan menindihnya dari pinggul ke bawah, sementara tanganku berusaha membuka bajunya. Beberapa saat nampaknya kesadaran Lia bangkit dan melakukan perlawanan, sehingga kuhentikan sambil membuka bajunya, dan aku kembali mencium bibirnya hingga lama sekali. Begitu Lia sudah kembali mendesah, perlahan tangan yang sejak tadi kugunakan untuk meremas dadanya, kuarahkan ke belakang untuk membuka kaitan BHnya. Hingga terpampanglah buah dadanya yang berukuran cukup besar dengan puting besar coklat muda.



Lumatan mulutku pada buah dadanya membuatnya sudah benar-benar terangsang, sehingga dengan mudah tanganku menuju ke arah 'Veggy'nya yang masih bercelana dalam, sedang tanganku yang satunya membawa tangannya untuk memegang 'Mr. Penny'ku. Secara otomatis tangannya meremas dan mulai naik turun pada 'Mr. Penny'ku. Sementara aku sibuk menaikkan roknya hingga celana dalamnya terlihat seluruhnya. Dan dengan menyibakkan celana dalamnya, 'Veggy'nya yang basah dan sempit itupun sudah menjadi mainan bagi jari-jariku. Namun tidak berapa lama, kurasakan pahanya menjepit tanganku, dan tangannya memegang tanganku agar tidak bergerak dan tidak meninggalkan 'Veggy'nya. Kusadari Lia mengalami orgasme yang pertama



Setelah mereda, kupeluk erat badannya dan berusaha tetap merangsangnya, dan benar saja, bebrapa saat kemudian, nampak dirinya sudah kembali bergairah, hanya saja kali ini lebih berani. Lia membuka celana dalamnya sendiri, lalu berusaha mencari dan memegang 'Mr. Penny'ku. Sementara secara bergantian bibir dan buah dadanya aku kulum. Dan dengan tanganku, 'Veggy'nya kuelus-elus lagi mulai dari bulu-bulu halusnya, bibir 'Veggy'nya, hingga ke dalam, dan daerah sekitar lubang pantatnya. Sensasinya pasti sungguh besar, sehingga tanpa sadar Lia menggelinjang-gelinjang keras. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, bibirku pindah menuju bibirnya, sementara 'Mr. Penny'ku ku dekatkan ke bibir 'Veggy'nya, ku elus-elus sebentar, lalu aku mulai selipkan pada bibir 'Veggy' pembantuku ini.



Sudah seperti layaknya suami dan istri, kami seakan lupa dengan segalanya, Lia bahkan mengerang minta 'Mr. Penny'ku segera masuk. Karena basahnya 'Veggy' Lia, dengan mudah 'Mr. Penny'ku masuk sedikit demi sedikit. Sebagai wanita yang baru pertama kali berhubungan badan, terasa sekali otot 'Veggy' Lia menegang dan mempersulit 'Mr. Penny'ku untuk masuk. Dengan membuka pahanya lebih lebar dan mendiamkan sejenak 'Mr. Penny'ku, terasa Lia agak rileks. Ketika itu, aku mulai memaju mundurkan 'Mr. Penny'ku walau hanya bagian kepalanya saja. Namun sedikit demi sedikit 'Mr. Penny'ku masuk dan akhirnya seluruh batangku masuk ke dalam 'Veggy'nya. Setelah aku diamkan sejenak, aku mulai bergerak keluar dan masuk, dan sempat kulihat cairan berwarna merah muda, tanda keperawanannya telah kudapatkan.



Erangan nikmat kami berdua, terdengar sangat romantis saat itu. Lia belajar sangat cepat, dan 'Veggy'nya terasa meremas-remas 'Mr. Penny'ku dengan sangat lembut. Hingga belasan menit kami bersetubuh dengan gaya yang sama, karena ku pikir nanti saja mengajarkannya gaya lain. 'Mr. Penny'ku sudan berdenyut-denyut tanda tak lama lagi aku akan ejakulasi. Aku tanyakan pada Lia, apakah dia juga sudah hampir orgasme. Lia mengangguk pelan sambil terrsenyum. Dengan aba-aba dari ku, aku mengajaknya untuk orgasme bersama. Lia semakin keras mengelinjang, hingga akhinya aku katakan kita keluar sama-sama. Beberapa saat kemudian aku rasakan air maniku muncrat dengan derasnya didalam 'Veggy'nya yang juga menegang karena orgasme. Lia memeluk badanku dengan erat, lupa bahwa aku adalah majikannya, dan akupun melupakan bahwa Lia adalah pembantuku, aku memeluk dan menciumnya dengan erat.



Dengan muka sedikit malu, Lia tetap tertidur disampingku di sofa tersebut. Kuperhatikan dengan lega tidak ada penyesalan di wajahnya, tetapi kulihat kepuasan. Aku katakan padanya bahwa permainannya sungguh hebat, dan mengajaknya untuk mengulang jika dia mau, dan dijawab dengan anggukkan kecil dan senyum. Sejak saat itu, kami sering melakukan jika istriku sedang tidak ada. Di kamar tidurku, kamar tidurnya, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur, garasi, bahkan dalam mobil.



Lia ikut bersama kami hingga tahunan, sampai suatu saat dia dipanggil oleh orang tuanya untuk dikawinkan. Ia dan aku saling melepas dengan berat hati. Namun sekali waktu Lia datang kerumahku untuk khusus bertemu denganku, setelah sebelumnya menelponku untuk janjian. Anak satu-satunyapun menurutnya adalah anakku, karena suaminya mandul. Tapi tidak ada yang pernah tahu..



Tamat
More aboutPembantu Yang Sexy

Posted by: ayu commo
koleksi cerita ngentot, Updated at: 09.41

Gadis Bioskop

Diposting oleh Unknown on Kamis, 22 Mei 2008

Kali ini gue mau cerita pengalaman gue dengan seorang cewek yang memang pekerjaannya adalah untuk memuaskan nafsu birahi cowok-cowok yang membutuhkan. Berawal pada suatu hari (gue udah lupa hari dan tanggalnya), saat itu gue udah mulai kerja di suatu perusahaan yang lumayan besar. Yang gue inget hari itu gue enggak masuk kantor berhubung sedang libur. Untuk mengisi kekosongan hari itu gue jalan- jalan ke Blok-M Plaza sendiri aja karena gue lagi engga punya cewek (baru putus), iseng aja gue keliling sendiri mulai dari lantai bawah sampai ke lantai atas dan akhirnya gue stand by di bioskop twenty one. Sambil asik ngeliat poster-poster film yang dipasang, mata gue jelalatan kekiri dan kekanan kali-kali aja ada cewek yang mau nemenin gue nonton film. Tapi kayaknya hari itu hari sial gue, karena gue liat engga ada satu cewekpun yang sendirian, semua cewek yang dateng kesitu semua bawa pasangan.

Setengah putus asa gue beli aja tiket nonton dalem hati gue bilang “ya udah lah “. Saat pintu theater di buka gue langsung aja masuk dan nunggu filmnya diputer. Waktu film ampir maen tiba-tiba ada yang negor gue “Permisi Mas..!”, waktu gue liat ternyata yang ngomong adalah seorang cewek. Dia ternyata duduk disebelah gue, trus gue bales aja “Silahkan ehm sendiri aja?”, gue tanya gitu karena gue engga liat siapa-siapa lagi selain dia.
“Iya nih lagi iseng abis boring sih kalo dirumah.!”, tuh cewek jawab sambil ngeliat ke gue.
Dalem hati gue pikir “Nah ini dia, tadi dicari diluar engga ada ehh..engga taunya malah dapet di dalem”.

Gue terusin aja nanyanya “Kenapa koq dirumah bisa boring sih ?”. “Ya..bosen aja kalo hari libur gini, engga ada kegiatan tuh !”, di bilang sambil mulai makan popcorn yang dia bawa. “Eh Mas mau ?”, dia nawarin popcorn ke gue.”Wah makasih deh nanti aja yah!!”, jawab gue.

“Ooo..iya..nama gue Jimmy, nama elo siapa kalo boleh tau ?”,
tanya gue. “Nama gue Reny, elo sendiri juga Jim “, tuh cewek
nanya lagi ke gue. “Iya abis sama kaya elo, gue juga lagi
engga ada acara makanya gue nonton aja “, sahut gue. Akhirnya
kita berdua jadi ngobrol panjang lebar sambirl nunggu film
maen. Pas film udah maen gue keluarin cocacola kaleng yang gue
beli di luar dan berniat utuk membukanya. Entah kenapa
tiba-tiba tuh cocacola kaleng muncrat isinya pas gue buka dan
airnya menyembur keluar mengenai badan Reny.

Dengan reflek gue keluarin saputangan gue dan langsung
ngebersihin air cocacola yang ada dibadan Reny sambil bilang
“Waduh sorry berat nih sumpah gue engga sengaja !!”. Waktu
ngebersihin gue engga sengaja nyenggol teteknya tuh cewek wah
ternyata walaupun engga gede-gede amat tapi padet banget.
“Engga apa-apa koq Jim kan elu engga sengaja ini !”, bales
Reny. Berhubung si reny diem aja waktu kesenggol teteknya ya
udah gue lama-lamain aja ngbersihin di bagian itu sambil
sesekali nyoba ngeremes. “Wah..koq betah ya “, sahut Reny.
Sambil belaga bego gue tanya “Betah kenapa ?”. “Itu tangan koq
malah maenin tetek gue “, kata Reny sambil nahan senyum. “Abis
tetek elo ngegemesin sih, sekel banget Ren ?”, sahut gue lagi.
“Iya dong kalo punya properti tuh kan harus dirawat biar bagus
“, kata Reny lagi.

Ditengah filem maen gue iseng nanya gini “Ren dari pada disini
mending kita cari tempat aja yuk buat ngobrol ?”. Trus si Reny
bilang “Ya udah nunggu apa lagi Jim ! Eh elo bawa mobil ?”.
“Beres “, sambil gue gandeng tangan Reny untuk keluar dari
gedung bioskop. Sampe dimobil gue tanya ke dia “So kita mau
kemana nih ? Ren ?”. “Ya terserah elo aja kan elo yang ngajak
!”, jawab Reny. Akhirnya gue ajak aja ke hotel yang terdekat
yaitu ke hotel Melawai. Singkatnya setelah semua urusan check
in selesai dan kita berdua udah sampe kamar, gue tanya lagi
sama dia..”Ehm kita mau ngobrol atau mau ngapain nih ?”.
“Ngapain juga kita disini cuma ngobrol doang Jim kan gue juga
tau maunya elo apa .!”, Reny bilang gitu sambil ngelepas baju
kaos dia dan rok mininya. Wah bodinya lumayan oke juga nih
walaupun wajahnya engga begitu cantik sih. Dia pake bra sama
cd warna item transparan jadi pentil teteknya dan jembutnya
yang engga begitu lebat kelihatan ngebayang.

“Buka dong baju elo Jim trus elo tunggu di tempat tidur, gue
mau ke toilet dulu nih “, sambil ngomong gitu dia masuk
ketoilet Dalem hati gue ngomong “Sialan nih cewek gue
disuruh-suruh nih bikin gue malu aja !”. Tapi gue buka aja
baju, celana jeans dan cd gue yang pasti kontol gue udah
ngaceng nunjuk keatas. Timbul pikiran iseng gue “Si Reny
ngapain yah di toilet ah..gue susul aja “, langsung aja gue
susul dia ke toilet. Pas pintu gue buka ternyata dia lagi
nyebokin memek dia pake shower sambil duduk dipinggiran bak
mandi. “Heei ngapain elo masuk Jim bukannya nunggu di kasur
.?”, dia ngomong gitu sambil sedikit kaget. “Abis elo lama
banget sih elo liat dong kontol gue udah ngaceng berat nih .”,
sambil gue acungin kontol gue ke muka dia. “Hihihihi udah
horny yah aduh kasian sini gue jilatin deh .!”, sambil dia
ngelus-ngelus kontol gue.

“Elo ngapain sih lama bener ?”, gue tanya gitu sambil nikmatin
elusan tangan dia di kontol gue. “Terus terang Jim gue juga
udah horny waktu di bioskop tadi .sampe memek gue basah jadi
gue cuci dulu abis tengsin sih .!!!”, setelah ngomong gitu dia
mulai jilat dan ngelamotin kontol gue. “Uhhh .shhhhh enak Ren
.!”, gue ngerasa kontol gue anget banget waktu di lamot ama
Reny yang sesekali ngegigit gemes kontol gue. Sekitar lima
menit Reny ngelamot kontol gue sampe basah banget ama air
liurnya, gantian gue yang beraksi. Gue maenin teteknya,
pentilnya yang kecil dan berwarna coklat tua gue pelinitr-
pelintir trus yang satu lagi gue remes dengan gemes gue liat
si Reny merem sambil ngerasain remesan tangan gue.

Setelah beberapa lama gue suruh aja si Reny nungging di dalem
bak mandi karena gue mau maen pake dog style. Berhubung nih
cewek kayaknya sih perek jadi gue engga mau jilatin memek dia.
Waktu dia nungging busyeet..pantat dia bohai banget trus gue
elus-elus tuh pantat yang bohai..mulai dari arah pinggang
sampe kebagian memeknya yang kalo nungging gitu jadi keliatan
jelas semua isi didalemnya, gue mulai ngelus- ngelus jembutnya
yang jarang trus kebagian itilnya gue gesek-gesek sambil
sesekali gue masukin jari tengah gue ke lobang memeknya yang
udah mulai basah. “Ahhhh .uhhhh ..shhhhh .waw Jim .enak Jim ah
..!!”, Reny mulai medesah genit keenakan.

Setelah gue rasa udah cukup basah akhirnya gue arahin kontol
gue ke lobang memeknya dan perlahan gue dorong maju “Slebbbb
.!”, kontol gue masuk semua kedalem memek Reny karena memang
udah basah jadi engga begitu susah. “Aaawww .asshhh .shit
.ouhhh .Jimmy ahhhh!!”, Reny menjadi histeris setelah gue
gerakin pinggul gue maju mundur perlahan. Rasanya memang
nikmat banget apalagi buat gue yang udah kira-kira dua minggu
belon tersalurkan nafsu birahi gue. “Shhh oohhhh ..ahhh !!”,
gue mendesah sambil maju mundurin pinggul gue dan tangan gue
maenin pentil teteknya Reny yang juga udah mulai keras. “Ahh
uuuhhh .shit Jim gue mau nyampe nih .ahhhhh .duhhhhh
.waaaaawww..!!”, sambil ngomong gitu si Reny menekan keras
pantatnya ke belakang agar batang kontol gue masuk lebih dalem
lagi kedalam memeknya.

Gue ngerasa ada cairan hangat yang membasahi batang kontol
gue, ternyata si Reny udah orgasme ini ditandai dengan
kepalanya mendongak ke atas dan diserati desahannya, “Auuhhh
.shhh .Jim .Oufff .shhhhh .!!!”. Langsung gue cabut kontol gue
dari memeknya dan gue gendong dia menuju ke tempat tidur yang
nyaman. Gue rebahin tubuh si Reny diatas tempat tidur dan gue
jilatin teteknya yang mantaf punya dengan rakus. Tiba-tiba gue
punya ide dan gue langsung bangun dari tempat tidur menuju ke
mini bar yang ada disamping tv. Gue buka kulkas dan gue ambil
juice jeruk. “Elo koq brenti sih Jim..??”, tanya Reny sambil
masih celentang di tempat tidur. Gue jawab, “Ada deh mau tau
aja !”.

Gue balik lagi ketempat tidur dan gue tuangin juice jeruk
tersebut ke teteknya, walaupun sampe tumpah ke kasur gue engga
peduli. Abis itu gue mulai jilatin teteknya si Reny dengan
rakusnya sambil menikmati juice jeruk yang gue tuang tadi.
“Ohhhh Jim..geli geli Jim Ahhh .”, Reny mulai blingsatan engga
karuan sambil jambak rambut gue. Gue terus jilat dan ngelamot
teteknya Reny sampe juice jeruk tersebut abis. Dan setelah itu
gue buka pahanya lebar-lebar untuk gue sodok dengan kontol gue
lagi. “Blessspp..ahhh ..shhh “, gue mulai bergerak naik turun
“Slebbb blesss .slebbb blesss “, terdengar bunyi dari memek si
Reny yang udah mulai basah lagi. Reny yang udah mulai horny
mulai menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti irama gue.
Ternyata si Reny emang ahli karena gue ngerasain nikmat yang
engga ada duanya, “Wahhh .Ren ahhhh elo hebat Ren shhhhh memek
elo bisa nyedot ohhhh ..shhhh”, ucap gue keenakan. Gue ngerasa
kalo kali ini gue mau nyampe, “Ahh Ren..gue mau keluar nih “.
Reny mendorong tubuh gue sambil bilang, “Gue diatas
deh..Jim!!”.

Gue cabut kontol gue dan gue rebahan menggantikan si Reny yang
udah bangun dan langsung nangkring diatas perut gue. Reny
mengarahkan kontol gue ke arah lobang memeknya dan menekan
kebawah, “Bleeep ahhhh .”. Reny kini yang aktif dia bergerak
keatas dan kebawah sambil menjambak rambutnya sendiri. Tangan
gue yang bebas lansung bermain-main dengan teteknya Reny yang
udah engga karuan warnanya abis gue cupangin tadi. “Ahhh duhhh
Jim..gila enak bener shhh ouhhhh”, Reny sedikit menjerit.
Setelah sekitar 15 menit gue ngerasa udah engga tahan lagi
untuk orgasme “Ouuuhhfff Ren..gue udah engga tahan nih shhh
.”, gue cengkram pinggang Reny untuk melampiaskan perasaan
nikmat. “Jim kita keluar bareng ahhhh .shhhh
..ouhhhhh..Jimmmmm ..cret creet crooot croot..!!!”. Akhirnya
kita berdua orgasme bersaaman, nikmat sekali yang gue rasakan
saat itu. Setelah menikmati orgasme masing-masing kita
tertidur sambil berpelukan.

Kita terbangun malam hari dan langsung berpakaian setelah itu
langsung cabut. Ternyata hari libur gue engga sesial yang gue
kira, malah gue dapet duren yang udah mateng hahahaha..
More aboutGadis Bioskop

Posted by: ayu commo
koleksi cerita ngentot, Updated at: 08.24